- ANTARA/Wahyu Putro
VIVAnews -- Gerakan pro penetapan untuk jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY kembali mendapat teror. Kali ini berupa surat kaleng.
"Surat kaleng diterima salah satu anggota Paguyuban Dukuh Kabupaten Bantul pada hari Sabtu (8/1) dan diserahkan ke saya pada hari Minggu (9/1) kemarin,"kata Sulistyo Admojo, Ketua Paguyuban Dukuh (Pandu) Kabupaten Bantul, DIY, Senin, 10 Januari 2011.
Sulis menyatakan dalam surat yang terbungkus dengan amplop tersebut berisi kliping dari koran tentang kegiatan Pandu terkait dukungan penetapan dan juga ada lembar surat yang ditulis langsung oleh si pengirim.
"Dalam kliping koran setiap kegiatan Pandu yang keluar di media dikomentari dengan tulisan. Sedangkan untuk surat, penulis mengajak kepala dusun yang bersangkutan untuk adu jotos,"tandasnya
Dalam surat tersebut, pengirim surat memanggil penerima dengan sebutan 'mbak' -- panggilan untuk perempuan.
"Meski yang menulis surat dengan memanggil 'mbak', namun ini sebagai ancaman serius karena sebelumnya rumah ketua paguyuban lurah se-DIY di lempar bom molotov," kata dia.
Sementara, Murjini, Kepala Dusun Ponggok, Desa Trimurti, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, DIY menyatakan surat yang diterima pada intinya menjelek-jelekkan kegiatan pro penetapan.
"Isinya surat menjelek jelekkan kelompok pro penetapan, menjelek-jelekkan Sultan,"ujarnya
Murjini mengaku tak hanya dia yang menerima surat kaleng. "Surat kaleng ancaman, teror tidak saja saya yang terima namun ada juga anggota Pandu lain yang mendapatkan surat kaleng ancaman,"pungkasnya.
Sebelumnya, pada Kamis 6 Januari 2011, bom molotov dilempar ke rumah Mulyadi, Ketua Paguyuban Kepala Desa Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Ismoyo).
Aksi pelemparan itu dilakukan hanya beberapa jam jelang Sidang Istimewa DPRD Kabupaten Sleman dengan agenda mendengarkan pandangan fraksi tentang mekanisme pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY.
Untung, tak ada korban jiwa, meski api membakar kursi dan bambu yang ada di teras rumah. Juga menghanguskan tirai di ruang tamu.
Laporan: Juna Sambawa| DIY