- VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), Hasyim Muzadi secara terang-terangan mendukung Khofifah Indar Parawansa sebagai calon gubernur di Pemilukada Jawa Timur pada 29 Agustus 2013.
Hasyim memastikan dukungannya setelah Khofifah secara resmi menyatakan siap maju dan bersaing dengan pasangan incumbent, Soekarwo dan Saifullah Yusuf, di Pemilukada Jatim.
"Saya akan memenuhi janji untuk mendukungnya, sekali pun di SK DPP PKB (untuk mengusung Khofifah) masih diganggu orang yang membayar sana sini," ujar Hasyim, melalui keterangannya, Rabu, 6 Maret, 2013.
Hasyim mengatakan bahwa dirinya kini dapat secara terbuka mendukung Khofifah karena tak lagi menjabat Ketua Umum NU. Berbeda saat Khofifah menjadi cagub di Pemilukada Jatim tahun 2008. "Saat itu, saya masih memimpin NU dan terikat oleh aturan-aturan organisasi yang melarang keterlibatannya di politik praktis."
Menurut Hasyim, Khofifah sebagai kader NU memang pantas menjadi Gubernur Jawa Timur. Katanya, warga NU di Jawa Timur kalau ingin terhormat, harus memiliki cagub yang berani melawan incumbent. "Kalau tidak, warga NU jatim tidak akan ada perubahan kemajuan."
Mantan calon wakil presiden yang berpasangan dengan Megawati Sukarnoputri di Pemilu Presiden tahun 2004 itu mengatakan tak setuju apabila ada kader NU yang menjadi wakil gubernur Jatim. Alasannya, warga NU yang mayoritas di provinsi itu tidak akan punya peran yang cukup untuk membina umat. Selain itu, menjadi wakil gubernur berpotensi besar hanya dimanfaatkan kekuatannya untuk kepentingan politik sesaat. "Itu akan merusak NU. Lain halnya kalau jadi nomor satu."
Namun, Hasyim mengingatkan Khofifah agar tidak melibatkan para ulama dan kiai pesantren ke dalam politik praktis pemilukada nanti. Hal itu hanya akan merendahkan martabat para pemimpin pesantren sekaligus pemimpin masyarakat.
Khofifah diminta lebih memanfaatkan kader-kader muda NU yang cerdas dan berani serta dinamis untuk melakukan perubahan di Jawa Timur. "Para ulama cukup diberi penjelasan tentang situasi negara dan politik yang sehat agar tidak termakan tipu muslihat, serta mempersilakan beliau-beliau tenang di pesantrennya." (sj)