Kisah Perajin Tempe Sukses yang Bangkrut

Mugiono, Perajin Tempe
Sumber :
  • VIVAnews/Aceng Mukaram
VIVAnews - Jarum jam menunjukkan pukul lima pagi waktu setempat, Rabu 28 Agustus 2013. Di sebuah bangunan berukuran sedang ini, tampak sibuk beberapa orang yang sedang menyiapkan bahan baku untuk tempe.

Sesosok lelaki kurus kering dengan warna kulit gelap ini hilir mudik mengemas barang-barangnya. Muslimin, begitu nama lengkapnya. Ia merupakan perajin tempe yang bertempat di Jalan Puyuh Kelurahan Mariana, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Kepada VIVAnews, ia menceritakan kejayaannya selama menjadi bos tempe di bumi Khatulistiwa itu. "Saya usaha tempe ini dari tahun 1987. Lalu, tahun ini saya bangkrut. Sekarang, saya ikut anak buah saja kerjanya. Saya sudah tak mampu lagi membeli kedelai," tutur pria berusia 54 tahun ini.

Duda beranak tiga ini mengenang semasa merintis usaha tempe awalnya di Kota Pontianak. Ia sangat terkenal oleh pembelinya. Bahkan, sejumlah pelanggannya menyanyangkan saat ia jatuh bangkrut.

Banyak Salah Kaprah Soal Ilmu Parenting, Zaidul Akbar: Yang Bermasalah Orangtua Bukan Anak
"Para pelanggan tempe saya nanya, kenapa tidak buka lagi? Saya jawab, iya nanti. Yang namanya usaha tempe itu bangkit dan bangkrut," ujarnya.

Meriahnya Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Uzbekistan Bersama BIN
Dahulu, ia mengatakan bahwa omzet tempe miliknya mencapai puluhan juta per bulannya. Namun, akibat harga kedelai yang terus naik, ia pun bangkrut karena tidak mampu lagi untuk membeli bahan bakunya.

Lisa Blackpink Dirumorkan Berkencan dengan Putra Miliarder Prancis, Frederic Arnault
"Saya dulu punya mobil empat, rumah lima, dan tanah 40 hektare. Sekarang ini sudah tidak punya apa-apa lagi. Semua sudah saya jual untuk menutupi usaha tempe ini. Tapi ya, akhirnya tidak bisa juga dan akhirnya bangkrut," tutur pria asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah ini.

Selain itu, Mugiono (36) perajin tempe lain yang sudah menjalani tiga tahun ini mengatakan bahwa sejak adanya kenaikan harga kedelai, benar-benar membuat usahanya terpukul.  

"Saya baru tiga tahun usaha tempe ini. Dulunya ikut orang selama empat tahun sama pak Muslimin, dan akhirnya punya sendiri ini," ujar pria asal Desa Pekuncen, Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Ia menjelaskan, saat ini, harga kedelai per kilo Rp9.500. "Mana mampu harga yang selangit gitu. Sementara, harga tempe tidak naik. Satu keping tempe harganya Rp3.000, ada juga Rp1.500," jelasnya.

Mugiono mengaku bahwa dua karyawan sudah dipulangkan ke Pekalongan, sehingga saat ini hanya tinggal empat karyawan saja. Sebab, dirinya tidak mampu membayar gajinya akibat produksi yang menurun.

Ia berharap, pemerintah lebih peduli memperhatikan nasib perajin tempe di Kalimantan Barat dan tempat lainnya. "Kalau keadaan kayak gini, banyak tidak laku tempe. Kalau saya naikin harganya, pembeli malah lari," tuturnya.

"Omzet saya puluhan juta. Tapi, sekarang malah turun setelah harga kedelai naik. Sekarang saja, tidak bisa kirim uang untuk keluarga di Jawa," tambahnya. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya