Sumber :
- toptravellists.net
VIVAnews -
Tim peneliti dari Umea University, Swedia, memperkirakan perubahan iklim telah menyebabkan 1.500 kematian dini di Swedia dalam kurun tahun 1980 sampai tahun 2009. Kematian itu dipicu oleh meningkatnya suhu di negara yang beribukota Stockholm itu.
Melansir
National Monitor,
23 Oktober 2013, penelitian ini mengukur tingkat mortalitas --jumlah kematian pada suatu populasi-- akibat perubahan iklim. Sebab, pemanasan global telah meningkatkan frekuensi, intensitas, dan durasi gelombang panas.
Baca Juga :
Ratusan Alumni Akpol 96 Kumpul Bareng, Ada Apa?
Baca Juga :
Kaget Lihat Besaran Pajak 2 Mobil Ferrari Harvey Moeis yang Disita, Pantas Ada yang Nunggak
"Kematian akibat perubahan iklim berupa peningkatan suhu yang ekstrim telah meningkat berlipat-lipat dari periode sebelumnya saat belum terjadi perubahan iklim," kata Daniel Oudin Astrom, Peneliti dari Umea University.
Selain itu, tambah Astrom, akibat dari perubahan iklim membuat periode musim dingin menjadi lebih cepat. Namun, saat musim dingin suhunya menjadi sangat dingin, merangsang naiknya angka kematian.
"Penelitian jumlah kematian akibat perubahan iklim hanya dilakukan selama periode 30 tahun dan khusus di wilayah Stockholm. Jika kami melakukan penelitian di seluruh wilayah Swedia, jumlah kematiannya akan jauh lebih besar," ujar Astrom.
Dia juga mengatakan, temuan penelitian ini tidak menyarankan para penduduk menggunakan pendingin ruangan untuk meminimalisir suhu panas yang terjadi.
"Diperlukan juga sosialisasi dini kepada masyarakat tentang efek perubahan iklim terhadap kesehatan manusia," kata Astrom.
Hasil penelitian ini sudah dipublikasikan di Jurnal
Nature Climate Change.
(eh)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kematian akibat perubahan iklim berupa peningkatan suhu yang ekstrim telah meningkat berlipat-lipat dari periode sebelumnya saat belum terjadi perubahan iklim," kata Daniel Oudin Astrom, Peneliti dari Umea University.