HUT Ke-5 VIVA.CO.ID

Jera Digosipkan, Wanda Hamidah Beri Saran untuk Media

Wanda Hamidah Memberi Keterangan di DPP PAN
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAlife - Sejak belia, hidup Wanda Hamidah sudah lekat dengan politik. Di usia SD saja, ia sudah setia membaca surat kabar dan menonton Dunia Dalam Berita. Beranjak remaja, ia makin aktif dan vokal. Saat gerakan reformasi 1998, Wanda bahkan ikut andil.

Permudah Transaksi Jemaah Haji, Kartu Debit Bank Muamalat Sudah Bisa Nirsentuh

Wanita kelahiran Jakarta, 21 September 1977 itu memilih Partai Amanat Nasional sebagai jalan berpolitik. Ia didapuk menjadi Bendahara PAN tahun 2006 hingga 2010. Sejak tahun 2009, ia menjadi anggota DPRD DKI Jakarta Komisi E. Wanda juga aktif di berbagai kegiatan sosial.

Di samping itu, ia juga dikenal sebagai selebriti. Wajahnya menghiasi sampul-sampul media sejak masih SMP. Selain berpolitik, Wanda juga menggeluti dunia model. Ia pun riwa-riwi di layar kaca. Tahun 2011, ia terlibat dalam film Pengejar Angin. Ia pun menggemari seni dan sastra.

Fortuner vs Pajero Sport Bekas, Pajak Tahunannya Murah Mana?

Awal tahun ini, namanya melejit. Ia ikut tertangkap dalam penggerebekkan rumah artis Raffi Ahmad di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Wanda bahkan disebut-sebut punya hubungan dengan mantan kekasih Yuni Shara itu. Kebetulan, ia memang baru bercerai dari suaminya, Cyril Raoul Hakim.

Wanda terus-terusan dikejar media saat itu. Dalam rangka HUT ke-5 VIVA.co.id, Selasa, 17 Desember 2013, berikut wawancara kami dengan Wanda soal pengalamannya berinteraksi dengan media.

Selamat! Laura Theux dan Indra Brotolaras Dikaruniai Anak Pertama

Bagaimana Mbak Wanda memanfaatkan media selama ini?

Saya sejak lama sudah berinteraksi dengan media. Biasanya saya gunakan untuk mengecek berita-berita terkini. Terutama, soal DKI Jakarta. Tapi secara umum saya katakan, media sekarang cenderung malas. Yang penting headline beritanya bombastis, padahal isinya tidak begitu. Jadi ekspektasi masyarakat terhadap headline tidak sesuai.

Malas bagaimana Mbak?

Malas investigasi. Sebetulnya bisa dicek, tapi tidak dilakukan. Sebetulnya itu salah satu fungsi media. Tapi yang dikatakan politikus atau tokoh tertentu, ditulis mentah-mentah. Padahal belum tentu benar, mungkin itu untuk kepentingan politik. Jadi media tidak melakukan fungsinya, tidak mencerdaskan masyarakat, dan tidak objektif.

Contoh lain, saat menulis soal anggota dewan yang suka bolos. Itu dibahas berhari-hari, tapi solusinya tidak ada. Kalau ditulis secara bombastis, menurut saya harus ada dampaknya. Misalnya, bagaimana pemerintah bisa mengakses semua konstituennya agar tidak bolos. Tapi ini tidak ada perubahan nyata. Seharusnys pemerintah tersindir, lalu membenahi sistem. Itu kan visi misi dalam pemberitaan.

Pernah ada pengalaman buruk dengan media Mbak?

Berkali-kali. Makanya sekarang saya malas wawancara ramai-ramai dengan media. Saya lebih suka one on one. Karena sekarang kalau ramai-ramai, media akan memilih cuplikan omongan saya yang nggak oke. Sering sekali begitu. Saya lebih memilih wawancara sendiri, supaya ada rekamannya. Jadi bisa saya klarifikasi.

Pernah juga memanfaatkan media untuk kepentingan seperti brand image?

Sekarang saya sedang tidak dalam taraf membangun image. Saya sedang dalam tahap berpikir, kalau kita kerja dengan bagus image akan dengan sendirinya mengikuti.

Jadi seharusnya media seperti apa nih Mbak?

Saya harap media bisa memberitakan seobjektif mungkin, tidak mengarahkan. Misalnya menulis soal ketimpangan pengguna mobil mewah dan bukan. Itu seakan-akan menyalahkan pengguna mobil mewah. Padahal kan pemerintah juga bertanggung jawab menyediakan angkutan yang layak.

Saya harap sih media, terutama VIVA.co.id bisa menjadi garda terdepan informasi yang faktual dan aktual, agar bisa mencerdaskan bangsa. Itu bukan hanya kewajiban pemerintah legislatif dan eksekutif, tapi juga media. Bukan provokasi ya, tapi mengedepan aktualitas, faktualitas, dan investigasi.

Kabarnya memang tidak akan mencalonkan lagi ya Mbak?

Saya tidak mencalonkan lagi, tapi bukan berarti saya berhenti di dunia politik. Mungkin lima tahun lagi, masih bisa. Kegiatan saya masih banyak. Sosial, politik, masih jalan terus. Sebelum masuk DPRD DKI Jakarta pun saya aktif di partai dan organisasi. Itu yang nanti akan saya kerjakan lagi. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya