Pelajaran dari Yunani dan Kamerun

Para pemain Yunani rayakan gol ke gawang Kosta Rika
Sumber :
  • REUTERS/Yves Herman

VIVAbola - Loyalitas para pemain timnas Yunani kepada negaranya, patut diacungi jempol. Situasi tersebut terlihat dari sikap luar biasa yang ditunjukkan para pemain tim Negeri para dewa itu dalam gelaran Piala Dunia 2014.

Diberitakan The Score, para pemain menolak bonus dari pemerintah Yunani sebagai bentuk apresiasi penampilan mereka di Brasil. Sebagai gantinya, ke-23 pemain Yunani sepakat mengalihkan dana itu untuk membangun pusat latihan.

Upaya tersebut dilakukan Georgios Samaras cs demi perkembangan sepakbola di negara mereka. Pernyataan tersebut disampaikan para pemain kepada pemerintah Yunani melalui sebuah surat.

"Kami tidak ingin bonus ekstra atau uang. Kami bermain untuk Yunani dan rakyatnya. Sekarang kami ingin Anda semua mendukung kami untuk mencari lahan dan membuat pusat pelatihan yang akan digunakan untuk tim nasional," demikia sepenggal isi surat tersebut.

Perjalanan Yunani di Piala Dunia 2014 terbilang cukup baik, mereka berhasil melaju hingga babak 16 besar. Akan tetapi, langkah dari jawara Euro 2004 ini terhenti usai kalah adu penalti dengan Kosta Rika.

Meski kalah, perjuangan Yunani tetap menuai pujian. Sempat diragukan, Yunani justru mampu melewati penyisihan grup. Mereka mampu bersaing meski skuad mereka tidak bertabur bintang. Namun itu bisa ditutupi dengan kerja keras penuh kebanggaan membela negara.

Lawan Kamerun, Indonesia Kerahkan Pasukan Berani Mati

Kamerun

Menolak menerima bonus menjadi kondisi yang sangat beda jauh dengan tim-tim asal Afrika, seperti Ghana, Kamerun, dan Nigeria. Mereka kerap menagih bonus yang dijanjikan oleh pemerintah, bahkan Ghana tak segan menagih bonus ke FIFA.

Kamerun, misalnya. Jelang Piala Dunia 2014, Kamerun sempat membuat sensasi. Pasalnya keberangkatan Singa Afrika menuju Brasil tertunda setelah para pemain melancarkan aksi mogok terkait upah.

Mereka menolak naik penerbangan yang sudah dijadwalkan sampai mereka menerima pembayaran yang dijanjikan selama tampil di Piala Dunia 2014. Pelatih Kamerun, Volker Finke mengatakan, para pemainnya tidak puas dengan bayaran yang mereka terima.

Para pemain akhirnya setuju untuk bertolak ke Brasil di jadwal penerbangan berikutnya setelah ada kesepakatan usai perundingan antara Menteri Olahraga Kamerun Adoum Garoua dan kapten timnas Kamerun, Samuel Eto'o.

Apakah masalah selesai? Ternyata tidak. Kisruh di awal disinyalir berdampak terhadap penampilan Kamerun di Piala Dunia. Terbukti mereka hanya menjadi lumbung gol lawan mereka, Brasil, Meksiko, dan Kroasia.

Setelah kalah tipis 0-1 dari Meksiko, Kamerun dibantai Kroasia 0-4. Di laga terakhir, giliran Brasil yang menggulung Kamerun 4-1. Alhasil, Kamerun angkat koper cepat setelah hanya menghuni dasar klasemen grup A dengan poin 0.

Sudah tersingkir, permainan para pemain Kamerun pun dihujani kritikan. Salah satunya apa yang dilontarkan Zambia Lawrence Lihusha yang menganggap nafsu uang para pemain telah membunuh sepakbola Afrika.

Meski menuding manajemen buruk asosiasi sepakbola, Lihusha juga menyalahkan para pemain Afrika yang dianggap terlalu mementingkan uang. "Sikap para pemain juga berperan. Ada tekanan pada uang yang akan didapat."

Yunani dan Kamerun boleh saja sama-sama tersingkir dari Piala Dunia. Namun Yunani mengajarkan bagaimana menjadi 'pemenang' meski kalah di atas lapangan. Sementara Kamerun justru sudah 'mengalah', bahkan sejak sebelum berangkat ke Brasil. (ita)

Lihat artikel menarik lainnya di tautan ini.

Lawan Kamerun, Timnas Indonesia Tanpa 'Anak Emas'
Pemain Tottenham Hotspur U-21, Zenon Stylianides

Dengar Adiknya Sekarat, Pemain Ini Tampil Menggila

Zenon membela Spurs di Premier League U-21.

img_title
VIVA.co.id
3 November 2015