Jelang Data Inflasi Agustus, IHSG Rawan Koreksi

Aktivitas di Bursa Efek Indonesia
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVAnews
- Analis First Asia Capital, David Nathanel Sutyanto mengatakan, memasuki perdagangan awal pekan ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) rawan koreksi lanjutan. Sebab, pasar tengah menanti data inflasi Agustus.


Bank Indonesia memperkirakan ,inflasi Agustus lebih rendah dari Juli yang mencapai 0,93 persen (bulanan).


"IHSG diperkirakan bergerak dengan
support
di 5.120 dan
resistance
di 5.170," ujarnya kepada
VIVAnews
, Senin 1 September 2014.


Dia menjelaskan, sedangkan dari sentimen eksternal, pasar dipengaruhi perkembangan krisis Rusia-Ukraina yang semakin memburuk, di mana Uni Eropa kembali menyepakati sanksi tambahan bagi Rusia.


David mengatakan bahwa IHSG akhir pekan lalu-- sekaligus menandai akhir Agustus-- terkoreksi 0,92 persen di 5.136,863, yaitu berada di bawah level 5.150 untuk pertama kali sejak perdagangan 13 Agustus lalu.


Kritik Menohok Masinton soal Ide Presidential Club: Omon-omon Ketemu, Terus Ngapain?
Koreksi, terutama dipicu aksi ambil untung pemodal asing, tercermin dari nilai penjualan bersih mencapai Rp749,57 miliar. "Aksi jual asing, terutama melanda saham telekomunikasi, otomotif, dan perbankan unggulan," tambahnya.

Teuku Ryan Mengaku Bercanda Soal Hina Tubuh Ria Ricis, Pengacara: "Masalah Kecil"

Selain itu, David juga mengatakan, bila dilihat sepanjang pekan lalu, IHSG terkoreksi 1,2 persen dan sepanjang Agustus menguat 0,9 persen.
SYL Sudah Siap Dipenjara Usai Terjerat Kasus Korupsi di Kementan: Berapapun Hukumannya


Koreksi indeks sepekan kemarin, terutama dipicu aksi ambil untung pemodal, setelah secara mingguan IHSG menguat dalam dua pekan sebelumnya.


"Kondisi ini dinilai wajar, mengingat kenaikan IHSG selama ini lebih banyak dipicu arus dana asing yang masuk memanfaatkan momentum pemilihan presiden Juli lalu, sehingga membuat harga saham sektoral semakin mahal," tuturnya.


Sedangkan di sisi lain, lanjutnya, perekonomian domestik kurang menggembirakan yang memengaruhi melambatnya pertumbuhan pendapatan dan laba emiten sektoral.


Sementara itu, pasar saham global pekan lalu kembali bergerak dalam tren bullish, terutama dipicu perkembangan ekonomi AS yang positif dan spekulasi kebijakan stimulus Bank Sentral Eropa, menyusul memburuknya ekonomi kawasan tersebut.


Namun, penguatan pasar saham global dibayangi dengan meningkatnya tensi krisis Rusia-Ukraina. "Indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 di Wall Street sepekan masing-masing menguat 0,57 persen dan 0,75 persen," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya