Sumber :
- iStock
VIVAnews
- Enam asosiasi digital dan periklanan Indonesia serempak bergabung menolak keberadaan
intrusive advertising
pada
mobile phone
yang dipraktikkan Telkomsel dan XL Axiata.
Tindakan tersebut didasari kekecewaan serta kerugian yang dirasakan oleh pengguna mobile phone, pelaku usaha, dan pemilik situs.
"Penolakan ini bukan berarti ingin mendapatkan bagian dari iklan, bukan sama sekali," ungkap Ketua Umum IDA, Edi Taslim, di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu 24 September 2014, kemarin.
Kata Edi, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk membangun industri persaingan yang sehat, khususnya di bidang digital advertising.
Sebelumnya, kekecewaan yang dirasa adalah anggapan dari pengguna bahwa iklan itu ditayangkan oleh pemilik situsnya langsung, bukan dari operator telekomunikasinya.
"Itu yang bikin kami kecewa karena bukan kami yang memberikan (
intrusive advertising
). Dari sini kami hanya risiko yang didapatkan tapi tidak mendapatkan manfaatnya sama sekali," jelas Edi.
Menindaklanjuti iklan sisipan itu, menurut Edi, banyak diskusi yang dilakukan para pelaku usaha untuk menghitung jumlah kerugian dan memintanya kepada kedua operator telekomunikasi 'nakal' itu.
Diharapkan dengan laman tersebut, dapat menambah dukungan untuk petisi yang saat ini sudah mendapatkan hampir 16.000 tanda tangan. Dari situs itu juga diketahui ada sekitar 86 pemilik situs yang telah bergabung menolak praktik iklan serobot Telkomsel dan XL.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Diharapkan dengan laman tersebut, dapat menambah dukungan untuk petisi yang saat ini sudah mendapatkan hampir 16.000 tanda tangan. Dari situs itu juga diketahui ada sekitar 86 pemilik situs yang telah bergabung menolak praktik iklan serobot Telkomsel dan XL.