Menkeu: Pengusaha Tak Berani Ambil Risiko di Bisnis Perbankan

Menteri Keuangan
Sumber :
  • ANTARA/Andika Wahyu
VIVAnews
- Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menilai, pengusaha-pengusaha Indonesia saat ini terkesan tidak berani mengambil risiko dalam mengelola atau mendirikan usaha di sektor perbankan.


Bercermin di tahun 80-an tepatnya pada 1988, Bambang mengungkapkan, pada saat itu perusahaan-perusahaan semua kelas berlomba-lomba mendirikan sebuah bank di Indonesia.


"Tahun 1988, hampir semua pengusaha Indonesia dari kelas atas sampai menengah, berlomba-lomba mendirikan sektor usaha perbankan," ujar Bambang, di Hotel Le Meridien Jakarta, Rabu malam 10 Desember 2014.
Di Rakernas, PDIP Siapkan Langkah Strategis Pasca Pemilu 2024


Ratusan Polisi Kawal Tabligh Akbar Ustaz Abdul Somad di Lombok
Kata Bambang, pada saat itu seseorang belum bisa menjadi seorang pengusaha yang bonafit dan sukses, kalau dia belum membuka bank.

Dewas KPK Ungkap Penyalahgunaan Wewenang Nurul Ghufron: Diminta Mutasi PNS Kementan ke Jawa

"Itu fenomena yang menurut saya baik, kebetulan saya waktu itu masih kuliah, jadi mengamati saja," ujarnya.


Namun, sekarang ini, Bambang berpendapat, malah hampir tidak ada grup pengusaha Indonesia, bahkan yang besar sekalipun yang tertarik membuka bank. Kalaupun ada, itu memang merupakan bank yang dari dulu sudah ada, kemudian dibeli, atau mengakuisisi tapi
low profile
atau diam-diam.


"Kalau dulu, semua perusahaan itu jor-joran. Pokoknya dia baru bisa dikategorikan pengusaha top kalo dia punya bank, sehingga perbankan berkembang luar biasa waktu itu. Beda sama sekarang. Sekaramg mohon maaf harus saya katakan, yang mendominasi pemilik perbankan itu, adalah asing," paparnya.


Hal tersebut menjadi pertanyaan yang diakui Bambang masih memenuhi pikirannya, ada apa sebenarnya, apa yang melatarbelakangi pengusaha untuk takut melaju pada era sekarang ini.


"Sekarang yang menjadi pertanyaan, kenapa antusiasme pengusaha untuk membuka bank, tidak seantusias dulu? Orang-orang berlomba membuka bank di tahun itu. Apa artinya pengusaha sekarang itu sudah alergi terhadap perbankan? Atau apa. Pengusaha kita lebih baik bermain dalam sektor lain. Itu yang masih menjadi pertanyaan besar di kepala saya," tuturnya. (art)


Baca juga:





Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya