Sumber :
VIVA.co.id
- Perdana Menteri (PM) Swedia Olof Palme tewas setelah ditembak dalam perjalanan pulang dari bioskop bersama dengan istrinya, Lisbeth, pada 28 Februari 1986 di Stockholm.
Dikutip dari
BBC
, Olof dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. Istrinya juga menderita luka tembak, namun luka yang dialami tidak mengancam jiwanya.
Menurut laporan, pelaku penembakan adalah satu orang. Tapi meski ada lebih dari 130 orang yang mengaku sebagai pelaku, kasus pembunuhan Olof tetap tidak terpecahkan.
Beberapa teori muncul. Christer Pettersson, yang pernah divonis bersalah karena pembantaian, akhirnya dinyatakan bersalah pada 1988, setelah diidentifikasi sebagai pembunuh Lisbeth.
Tapi Pettersson dibebaskan dalam pengadilan banding. Pettersson yang meninggal pada 2004, dinyatakan tidak bersalah atas pembunuhan Lisbeth.
Sekalipun dengan posisinya sebagai PM, Olof tetap mempertahankan gaya hidupnya sebagai masyarakat biasa. Dia lebih memilih untuk tidak menggunakan perlindungan pengawal pribadi.
Baca Juga :
Kampus di Tangerang Buka Program Pertukaran Pelajar ke Luar Negeri, Ini Syarat dan Kuotanya
Dia menjadi pemimpin yang selalu mendorong perdamaian dan anti-kekerasan, serta ikut mendorong diakhirnya perang Vietnam. Salah satu pernyataannya yang terkenal, adalah saat dia menyindir mantan PM Inggris dan Presiden AS.
"Saya tahu bahwa (Margaret) Thatchers dan (Ronald) Reagans akan pergi dalam beberapa tahun. Kita harus bertahan hidup hingga sampai saat itu," ucapnya.
Simak Juga:
Halaman Selanjutnya
"Saya tahu bahwa (Margaret) Thatchers dan (Ronald) Reagans akan pergi dalam beberapa tahun. Kita harus bertahan hidup hingga sampai saat itu," ucapnya.