Sumber :
- dok Koko Cici Jakarta 2015
VIVA.co.id
- Rangkaian acara pemilihan Koko Cici Jakarta 2015 mencapai puncaknya pada malam final yang diselenggarakan Selasa, 24 Maret 2015. Gedung Kesenian Jakarta, menjadi saksi bisu terpilihnya pemenang Koko Cici Jakarta yang baru.
Pemilihan ini mengangkat tema Harmony of Heritage, yang menceritakan hubungan erat dan perpaduan kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan Jawa.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Pemilihan ini mengangkat tema Harmony of Heritage, yang menceritakan hubungan erat dan perpaduan kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan Jawa.
“Menurut sejarah, migrasi etnis Tionghoa ke Indonesia pertama kalinya di Jawa. Di sana terjadi interaksi dan akulturasi budaya hingga saat ini. Itulah sebabnya kali ini kami mengangkat keunikan dari perpaduan dua kebudayaan tersebut, yang merupakan bagian dari keragaman budaya Indonesia,” ucap Jeffrey Nayoan, sang ketua panitia, dikutip dari rilis yang diterima VIVA.co.id.
Acara dimulai dengan tarian barongsai dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lalu, dilanjutkan dengan tarian pembuka yang ditampilkan oleh ke-32 finalis Koko Cici Jakarta 2015. Tarian yang terinspirasi dari perpaduan kebudayaan Tionghoa dan Jawa ini, disambut tepuk tangan meriah penonton.
Setelah tarian pembuka, finalis menunjukkan talenta mereka dalam peragaan busana yang terbagi empat kelompok. Malam kian memanas dengan sesi tanya jawab yang dipilih secara acak dan dijawab berpasangan.
Sesi ini terasa spesial karena selain pertanyaan dari dewan juri, finalis juga mendapat pertanyaan dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Malam puncak ini turut dimeriahkan penampilan Koko Cici All Star, yang merupakan gabungan talenta dari angkatan 2002-2013.
Akhirnya, Ferdinand Karsten dinobatkan sebagai Koko Jakarta 2015, dan Nita Christina sebagai Cici Jakarta 2015. (one)
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
“Menurut sejarah, migrasi etnis Tionghoa ke Indonesia pertama kalinya di Jawa. Di sana terjadi interaksi dan akulturasi budaya hingga saat ini. Itulah sebabnya kali ini kami mengangkat keunikan dari perpaduan dua kebudayaan tersebut, yang merupakan bagian dari keragaman budaya Indonesia,” ucap Jeffrey Nayoan, sang ketua panitia, dikutip dari rilis yang diterima VIVA.co.id.
