Perjuangan Ibu Muda Rawat Anak Pengidap Leukimia

Zhang Wei dan putranya Tutu yang mengidap leukemia akut.
Sumber :
  • Facebook/Help Me Save My Son Tutu

VIVA.co.id – Bagi orang tua modern, membawa anak ke tempat kerja bukan pilihan. Ada baby sitter atau tempat penitipan anak yang bisa memastikan kesejahteraan si anak selama orang tua bekerja.

7 Suku yang Memiliki Tradisi Unik dan Aneh di Dunia, Bisa Pinjam Istri

Namun, tidak demikian dengan Zhang Wei (32). Ibu muda asal Provinsi Hunan, Tiongkok ini setiap hari membawa putra semata wayangnya ke tempat dia bekerja sebagai guru di sekolah menengah. Tutu, putra Zhang yang berusia 3 tahun, menderita leukimia tahap lanjut dan terlalu sakit untuk ditinggal sendirian di rumah. Di lain pihak, Zhang juga kekurangan biaya untuk menyewa pengasuh sekaligus membiayai pengobatan putranya.

Dilansir People’s Daily Online, Setiap hari, Zhang akan terlihat menggendong putranya di satu tangan, sementara tangan lainnya menulis pelajaran di papan tulis.

7 Hewan Aneh Bisa Melakukan Hal yang Tidak Bisa Dipercaya

Zhang pertama kali menyadari kelainan pada putranya Juni tahun lalu. “Dia seringkali demam dan tiba-tiba lemas. Dia juga kadang-kadang tidak bisa berdiri,” kata Zhang.

Ketika diperiksa di rumah sakit, dokter mendiagnosis Tutu dengan limfobik leukimia akut dan kemoterapi adalah satu-satunya solusi pemulihan. Selama 8 bulan terakhir, Tutu harus melakukan 11 kali kemoterapi yang membuat tubuhnya lemah, dengan biaya per kemoterapi mencapai 300 ribu yuan atau setara Rp633 juta.

7 Kebiasaan Unik Orang Rusia yang Membuat Wisatawan Bingung

Zhang sempat sedikit bernafas lega karena Tutu sudah tidak harus lagi dikemoterapi dan hanya melakukan perawatan di rumah. Namun, dokter kemudian memberitahu Zhang bahwa Tutu mengidap jenis leukimia yang lebih ganas dan masa hidupnya diprediksi tinggal beberapa bulan saja. “Kini Tutu sangat lemah, dia tidak bisa banyak bergerak,” kata Zhang yang menggendong Tutu kemana-mana.

Dokter mengatakan, kini harapan Tutu hanyalah transplantasi sumsum tulang belakang. Sayangnya, China Bone Marrow Bank ataupun Taiwan Marrow Donor Programme tidak bisa menemukan donor yang sesuai dengan Tutu.

Zhang berharap bisa mendonasikan sumsum tulang belakang miliknya untuk Tutu. Namun, biaya 700 ribu yuan atau setara Rp1,5 miliar untuk operasi jauh di luar kemampuannya. Penghasilan Zhang sebagai guru kimia hanyalah 2300 yuan per bulan (Rp4,7 juta) dan mereka sudah memiliki hutang menumpuk guna menutup biaya pengobatan.

Sebagai usaha terakhir, Zhang menjual rumahnya dan berhasil mengumpulkan 180 ribu yuan. Dia, dibantu kolega dan murid-muridnya juga sukses menggalang dana hingga 300 ribu yuan. Namun dia masih membutuhkan lebih banyak bantuan. “Jika ini hanya untuk saya, mungkin saya sudah lama menyerah. Tapi demi anak, saya akan berusaha hingga titik darah terakhir,” katanya menambahkan.

Mimpi Zhang hanya satu, menyelamatkan hidup putra tunggalnya tersebut. Kanker sepertinya menggerogoti kebahagiaan dalam hidup Zhang. Ibunya meninggal akibat tumor ganas di 2011 dan dua tahun lalu, ayahnya melakukan operasi pengangkatan kanker empedu dan kini masih dalam pengobatan.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya