Dubes Australia, Paul Grigson

Ramadhan Bikin Hubungan RI-Australia Jadi Adem

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Renne Kawilarang
VIVA.co.id
Aksi Menteri Perdagangan Australia Jajal Dokar di Yogyakarta
- Ibarat permen dua rasa, hubungan Indonesia dan Australia kadang manis, terkadang pula asam. Bagi mereka yang skeptis, hubungan dua negara bertetangga ini lebih dilihat sarat dengan konflik.

Namun, bagi mereka yang optimistis, berbagai masalah yang muncul justru membuat hubungan Indonesia-Australia menjadi lebih dinamis. Sebagai diplomat, Paul Grigson termasuk golongan ini.

Menteri Australia Kagumi Toleransi Beragama di Indonesia

Duta besar baru Australia untuk Indonesia itu yakin bahwa apa pun perbedaan dan friksi yang membuat tegang dua pemerintah tidak lantas membuat hubungan kedua bangsa menjadi ikut retak. Justru itu membuat keduanya semakin dewasa dan saling memahami, walau tidak harus selalu sepakat karena masing-masing punya kepentingan yang prinsipil.

Salah satu isu yang belakangan ini membuat tegang kedua pemerintah adalah penanganan para migran gelap atau manusia perahu. Persoalan bermula dari adanya tuduhan terhadap Angkatan Laut Negeri Kanguru, yang diduga menyogok sindikat penyelundup manusia yang membawa 65 pencari suaka yang mengarah ke Australia.

Kru kapal yang terdiri dari enam orang dilaporkan menerima bayaran masing-masing senilai US$5.000 atau setara Rp65 juta. Tujuannya, agar kapten kapal batal mengantarkan puluhan pencari suaka ke negeri impian dan kembali ke Indonesia.

Kementerian Luar Negeri RI dan kelompok oposisi di Australia menanggapi serius tuduhan ini. Sebab, jika terbukti benar, pemerintahan PM Tony Abbott dianggap melakukan pelanggaran berat di mata hukum. Belum lagi, Australia juga melanggar prinsipnya sebagai negara penandatangan Konvensi PBB tahun 1950.

Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, meminta klarifikasi dari Australia mengenai kebenaran tuduhan tersebut. Melalui Dubes Grigson, Menlu Retno bertanya apakah aksi pembayaran itu benar terjadi. Penjelasan yang disampaikan Menlu Julie Bishop secara tertulis tidak memuaskan Menlu Retno.

“Isi surat tidak berisi hal baru dan tak menjawab sama sekali pertanyaan yang ditanyakan oleh Menlu,” ujar juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir ketika dihubungi VIVA.co.id melalui telepon.

Ketegangan itu muncul tak lama usai Dubes Grigson kembali ke posnya di Indonesia. Sebelumnya, Grigson sempat dipanggil pulang untuk berkonsultasi pasca Kejaksaan Agung mengeksekusi mati dua gembong narkoba, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada 29 April lalu. Australia begitu marah karena permintaan mereka yang diajukan berkali-kali tak digubris oleh Presiden Joko Widodo.

Kini Grigson dihadapkan pada tantangan lainnya untuk menjelaskan kebijakan pemerintahnya yang begitu keras terhadap pencari suaka. Salah satu yang kerap diprotes Indonesia yakni kebijakan dorong perahu. Maka, muncul spekulasi di media, hubungan kedua negara kini kembali tegang.

Kedua Menlu belakangan ini jarang berkomunikasi. Mantan Menlu RI, Marty Natalegawa, ketika menghadiri sebuah acara di Universitas Nasional Australia (ANU) di Canberra seolah membenarkan spekulasi tersebut. Marty sempat mengatakan hubungan kedua Negara ada di titik kritis.

Namun, semua spekulasi itu ditepis oleh Grigson. Bagi dia, apa yang terjadi saat ini tak lebih adanya perbedaan pendapat dan kebijakan antara kedua pemerintah. Ditemui oleh VIVA.co.id di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin, 29 Juni 2015, Grigson mengatakan wajar jika kedua negara berbeda pendapat.

“Karena Indonesia dan Australia adalah dua negara yang berbeda. Kami pun memiliki kepentingan nasional yang berbeda pula. Oleh sebab itu, konyol jika kita berharap akan selalu sepakat mengenai isu apa pun,” ujar Grigson.

Alih-alih fokus pada perbedaan yang dimiliki kedua negara, Grigson lebih mencurahkan perhatiannya pada kesamaan Australia dan Indonesia. Salah satunya menjalin hubungan yang lebih erat di antara komunitas Muslim kedua negara. Sebagai contoh, di bulan Ramadhan ini, dia masih melanjutkan program tur masjid di tiap hari Jumat.

“Saya juga rutin mengadakan acara buka puasa, bahkan saya ingin lebih sering mengadakan. Ada dua alasan penting mengapa saya menyelenggarakannya, pertama acara ini penting bagi warga Indonesia, kedua, saya menyukainya,” kata Grigson dalam bincang-bincang dengan jurnalis VIVA.co.id saat menggelar acara Buka Puasa di rumahnya awal pekan lalu.

Australia Anugerahi Penghargaan untuk Seni Potret Indonesia

Selanjutnya... Nikmatnya Ramadhan di Indonesia

Wapres Jusuf Kalla dan Menlu Australia Julie Bishop

Konjen Australia di Makassar Resmi Dibuka

Indonesia Timur jadi fokus Australia dalam berinvestasi.

img_title
VIVA.co.id
22 Maret 2016