Sumber :
- www.space.com
VIVA.co.id
- Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sedang dilanda "awan gelap". Salah satu peneliti terbaiknya, yaitu, Claudia Alexander, mengembuskan napas terakhir pada 11 Juli 2015. Alexander merupakan ilmuwan yang meneliti Jupiter.
NASA menyampaikan, Alexander meninggal dunia setelah hampir selama 10 tahun terakhir melawan kanker payudara. Diketahui, perempuan tersebut wafat di usia 56.
Alexander merupakan salah satu sosok peneliti yang diandalkan oleh NASA. Selama berkiprah di dunia ilmu pengetahuan, Alexander telah meninggalkan jejak studi pembentukan komet, Jupiter dan bulannya, magnetospheres, lempeng tektonik, ruang plasma, angin surya, dan planet Venus. Selama perjalanannya itu, ia telah menulis 14 karya ilmiah.
"Claudia membawa kombinasi langka, keterampilan yang langka pada pekerjaannya sebagai seorang penjelajah luar angkasa," ujar Charles Elachi, direktur Jet Propulsion Laboratory NASA, dikutip dari
Space
, Rabu, 22 Juli 2015.
Elachi melanjutkan, gelar doktor di bidang Fisika yang direngkuh oleh Alexander, membuat ia semakin paham akan bagaimana penemuan ilmiah dapat memengaruhi semua.
"Dan bagaimana prestasi terbesar kita adalah hasil dari kerja sama tim yang datang dengan mudah kepadanya. Wawasannya dalam proses ilmiah ini sangat dirindukan," kenang dia.
"Ini sangat sedih melihat kematian dari pesawat luar angkasa (Galileo)," ujar Alexander kala itu.
Prestasi Alexander semakin diperhitungkan, saat menjabat proyek ilmuwan untuk misi Rosetta dalam meneliti komet 67 P/Churyumov-Gerasimenko. Di sana, ia bertugas untuk membantu mendaratkan robotik Philae di komet 67 P. (art)
Halaman Selanjutnya
Prestasi Alexander semakin diperhitungkan, saat menjabat proyek ilmuwan untuk misi Rosetta dalam meneliti komet 67 P/Churyumov-Gerasimenko. Di sana, ia bertugas untuk membantu mendaratkan robotik Philae di komet 67 P. (art)