Ilmuwan Akan Ciptakan Kontrasepsi Uniseks

Ilustrasi pasangan suami istri.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id - Para ilmuwan kini telah menemukan sebuah 'saklar' yang mampu memicu kekuatan sperma untuk membuahi sel telur. Itu lantas memungkinkan diciptakannya kontrasepsi unisex.

Pengertian sederhana unisex adalah sesuatu yang dapat digunakan oleh pria dan wanita.
 
Nah, 'saklar' tersebut merupakan reseptor protein yang merespons hormon seks wanita progesteron, yang dirilis oleh sel telur atau oosit, tempat yang dituju oleh sperma yang berenang masuk ke dalam rahim. Demikian dilansir dari Times of India, Selasa, 22 Maret 2016.
 
Ribuan reseptor akan berada di permukaan ekor sperma dan ketika sperma telah mendekati sel telur, hormon progesteron mengaktifkan reseptor dan memicu ekor sperma berenang ke arah sel-sel yang melindungi sel telur.
 
"Jika reseptor protein tidak mengenali progesteron, maka sperma Anda tidak dapat membuahi sel telur. Ini memberi kita pemahaman tentang jalur lain yang terlibat dalam aktivitas sperma manusia," ujar Melissa Miller, ilmuwan dari University of California, Berkeley.
Terpopuler: Sarwendah Somasi Akun Soal Komentar ke Betrand Peto sampai Yasmine OW Ajukan Hak Asuh
 
Obat yang mampu menonaktifkan reseptor tersebut baru ditemukan dan memungkinkan ilmuwan menciptakan kontrasepsi unisex.
Perubahan RPJMD 2021-2026, Ketua DPRD Edi Purwanto Harapkan Jambi Semakin Baik
 
Menurut Polina Lishko, asisten profesor di UC Berkeley, banyak jaringan, seperti di otak, paru-paru dan otot yang mengandung progesteron atau reseptor steroid yang dapat bekerja dengan cara yang sama, untuk memicu perubahan besar dalam jaringan terkait.
Jadwal SIM Keliling Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung Kamis 16 Mei 2024
 
"Sekarang kita tahu pemain-pemainnya, langkah berikutnya adalah melihat jaringan lain yang mengandung protein ini untuk mengetahui apakah progesteron bekerja dengan cara yang sama untuk memengaruhi rasa nyeri akibat saraf, produksi surfaktan di paru-paru atau kontraksi otot berlebihan pada pasien asma," kata Lishko.
 
Sebagai informasi, saat ini dokter belum dapat menentukan penyebab hampir 80 persen dari seluruh kasus infertilitas atau ketidaksuburan pria. Hal tersebut sebagian dikarenakan hanya sedikit yang diketahui tentang langkah-langkah molekular yang terlibat dalam produksi sperma dan interaksinya dengan sel telur.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya