Film Indonesia Menang di Festival Bergengsi Dunia Cannes

Cuplikan Film Prenjak: In The Year of Monkey
Sumber :
  • movie.co.id

VIVA.co.id – Film karya anak bangsa, Prenjak: In the Year of Monkey, akhirnya keluar sebagai film pendek terbaik di Semaine de la Critique Festival de Cannes 2016. Sebuah catatan sejarah baru yang membanggakan bagi Indonesia.

Cegah Penyebaran Virus Corona, Festival Film Cannes Ditunda

Wregas Bhanuteja, sutradara muda asal Yogyakarta, mengabarkan kabar gembira tersebut langsung dari akun Twitter pribadinya.

"Prenjak mendapat penghargaan sebagai film pendek terbaik di Semaine de la Critique Festibal de Cannes 2016," tulis Wregas diikuti dengan foto bersama tim Prenjak yang memegang piagam kemenangan.

Aksi Kristen Stewart Nyeker di Karpet Merah Cannes

Diliputi rasa bahagia dan syukurnya, Wregas pun mengungkapkan ucapan terima kasih pada saudara, sahabat, keluarga, dan semua pihak yang telah membantunya di Indonesia dalam kicauan selanjutnya.

Kemenangan Prenjak sekaligus menjadi prestasi besar dan sejarah baru untuk Indonesia. Sebelumnya, film Indonesia, Tjoet Nya' Dien (1988) dan The Fox Exploits The Tiger's Might (2015) juga pernah masuk dan diputar di festival yang sama.

Pitbull Mendadak Batalkan Konser di Cannes, Ada Apa?

Prenjak merupakan film pendek yang menceritakan tentang seorang wanita bernama Diah dan seorang pria bernama Jarwo. Diah mengajak Jarwo ke gudang untuk makan siang sambil menceritakan masalahnya yang sedang butuh uang cepat.

Wanita itu pun menawarkan Jarwo sebuah korek api seharga Rp10 ribu. Dari korek api itulah, Jarwo melihat sisi lain yang berharga dari Diah.

Film yang dibuat di Yogyakarta pada Februari 2016 ini bersaing dengan empat film pendek lainnya yang berasal dari Prancis, Lefance dun Chef, dari Yunani yang berjudul Limbo, dari Kanada, Oh What a Wonderful Feeling, dari Prancis, Le Soldat Vierge, dan dari Hungaria yang berjudul Superbia.

Festival yang berlangsung dari tanggal 11 hingga 22 Mei 2016 ini memutar 1.896 film yang kemudian disaring menjadi 49 film. Festival yang sudah ada sejak 1962 itu digelar untuk menemukan bibit-bibit sineas baru dari seluruh penjuru dunia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya