Kelas Menengah RI Topang Laju Industri Makanan 2016

Ilustrasi industri makanan dan minuman.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tumbuhnya populasi kelas menengah yang disertai naiknya pola konsumsi masyarakat kepada produk-produk pangan olahan "ready to eat", membuat laju pertumbuhan industri makanan dan minuman, atau mamin dalam negeri meningkat pada 2016. 

LPEI Buka Pasar Produk Mamin RI ke Singapura dan Malaysia

Kementerian Perindustrian mencatat, laju pertumbuhan industri mamin pada kuartal III 2016, tercatat sebesar 9,82 persen, angka itu tercatat di atas seluruh pertumbuhan industri yang sebesar 4,71 persen pada periode yang sama.

"Industri makanan dan minuman dalam negeri sangat strategis, sehingga mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Kemenperin Jakarta, Selasa,7 Februari 2017.

GAPMMI Tegaskan Heboh Bahaya BPA Galon Guna Ulang Itu Hoax

Ia melanjutkan, sumbangan nilai ekspor produk mamin pada 2016 mencapai US$19 miliar, atau setara Rp253 trililun. Angka ini d,i luar dari minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak kelapa sawit karnel (karnel palm oil/KPO), minyak kelapa mentah (crude coconut oil/CCO), yang digunakan sebagai bahan produk mamin. 

"Neraca perdagangan yang positif, bila dibandingkan dengan impor produk mamin pada periode yang sama sebesar US$9,64 miliar," jelasnya. 

Persaingan Usaha Industri Makanan dan Minuman Paling Tinggi pada 2020

Prospek baik sektor industri mamin, juga terlihat dalam perkembangan realisasi investasi sektor industri makanan sampai dengan kuartal III 2016 sebesar Rp24 triliun untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$1,6 miliar. 

Pemerintah pun diungkapkannya, berupaya menjaga pertumbuhan industri dengan mendorong supply chain industri-industri besar, melalui partnership dengan industri kecil dan menengah (IKM). "Dengan partnership ini, maka selain makin kuatnya struktur juga akan mendorong penyerapan tenaga kerja yang makin besar," ungkap Airlangga. 

Sembari mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat, atau penurunan gini ratio, pemerintah pun mendorong program vokasi yang terintegrasi dengan dunia industri untuk menyerap tenaga kerja makin besar. Sehingga, memberikan multiplayer effect terhadap kemampuan konsumsi masyarakat. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya