Hasil Pertemuan G-20

Harapan Besar, Minim Tindakan Rinci

VIVAnews - Para pemimpin 20 negara, termasuk Indonesia, bertekad bekerja sama lebih erat untuk mengatasi krisis ekonomi yang telah mengancam dunia. Selain itu negara-negara berkembang juga dilibatkan untuk memformulasikan cara-cara mengatasi krisis. Masalahnya, para pemimpin tidak membahas rencana aksi yang lebih rinci. Tampaknya mereka menunggu Amerika Serikat (AS) diperintah presiden baru mulai Januari 2009.

Demikian hasil utama pertemuan G-20 yang diikuti para pemimpin 20 negara dari kelompok ekonomi maju dan berkembang, yang juga diikuti oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Washington DC, AS, Sabtu sore 15 November 2008 waktu setempat (Minggu pagi WIB). Itu merupakan kali pertama G-20 mengadakan pertemuan yang dihadiri para kepala pemerintahan.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua hari tersebut, para pemimpin sepakat bahwa perlu ada upaya bersama yang lebih konkrit untuk menyelamatkan dunia dari krisis ekonomi global. Tidak sedikit negara, termasuk AS dan Eropa, yang sudah mengalami resesi ekonomi, yang bermula dari krisis kredit macet di sejumlah negara maju.

"Ada suatu keinginan bersama yang kuat untuk memastikan bahwa krisis tidak akan berulang," kata Kanselir Angela Merkel, yang mewakili Jerman dalam pertemuan tersebut. Di pertemuan itu Presiden George W. Bush sebagai tuan rumah mengakui bahwa pemerintahannya terpaksa mengucurkan bantuan darurat US$700 miliar bagi institusi keuangan di AS setelah diberitahu bahwa negaranya berisiko jatuh ke dalam "depresi yang lebih parah dari Depresi Besar [pada dekade 1930-an]."     

Selain itu, para pemimpin sepakat bahwa sudah saatnya melibatkan negara-negara berkembang untuk mencari cara mengatasi krisis ekonomi global. "Negara-negara yang ekonominya tengah tumbuh bukanlah penyebab krisis, namun justru mereka yang paling parah menderita krisis," kata Perdana Menteri India, Manmohan Singh.

Berdasarkan komunike bersama yang telah mereka sepakati, para peserta pertemuan yang juga dihadiri pemimpin empat organisasi internasional tersebut memiliki harapan-harapan yang muluk untuk bisa bersama-sama mengatasi krisis ekonomi.  

Komunike setebal delapan halaman tersebut menyerukan adanya 47 aksi. Diantara aksi yang diharapkan yaitu adanya rangkaian langkah penyelamatan baru bagi sistem keuangan global yang sudah rentan. Aksi-aksi tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan peraturan dan tata cara investasi dan panduan untuk memperbaikinya.
 
Selain itu para pemimpin G-20 berharap adanya "institusi-institusi pengawas" dimana para penentu kebijakan keuangan bisa membandingkan kondisi pasar di manca negara dan bekerja sama membuat aturan yang lebih baik. Pada akhirnya, perlu ada standardisasi aturan akuntansi yang mengatur bagaimana perusahaan dapat menilai aset-aset yang berisiko dan perlu ada perhatian lebih lanjut atas badan-badan pemeringkat kredit. 

Para pemimpin juga mendukung perluasan keanggotaan Forum Stabilitas Keuangan. Badan tersebut berperan mengkaji penyebab krisis keuangan dan memformulasikan cara-cara untuk mencegah terulangnya masalah serupa. G-20 juga menyerukan reformasi dan perluasan lingkup kerja pengawasan keuangan yang dilakukan Badan Moneter Internasional (IMF), yang telah berusia 60 tahun.

Masalahnya, dengan segera berakhirnya masa pemerintahan Bush, yang akan pensiun 20 Januari 2009, komunike G-20 tidak secara tegas menyerukan kapan langkah-langkah yang mereka sepakti dapat ditindaklanjuti. Para pemimpin berharap agar Bush bisa menyampaikan hasil pertemuan dan memastikan akan ada tindak lanjut komunike tersebut kepada presiden terpilih AS, Barack Obama. (AP)     

Bertemu Menteri Haji Saudi, Wapres Minta Kuota Haji RI Ditambah Setiap Tahun
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu di rumah Anies Baswedan

Presiden PKS Ungkap Sudah Ada Komunikasi dengan Prabowo dan Gerindra

Presiden PKS menuturkan pertemuan dengan Prabowo dipastikan akan tetap dilakukan.

img_title
VIVA.co.id
30 April 2024