Ramadan Diklaim BPS Bikin Pertumbuhan Impor RI Meroket

Kepala BPS Suhariyanto.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat sepanjang Mei 2018, atau saat Ramadan dan jelang lebaran, impor Indonesia mengalami peningkatan cukup tajam sebesar US$17,64 miliar atau sebesar 9,17 persen jika dibandingkan April 2018.

Manfaatkan KITE, PT Sukses Komerindo Lepas Ekspor Perdana Sarung Tangan ke Australia

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, lonjakan impor tersebut jika dilihat dari penggunaan barangnya, pertama dipicu oleh naiknya barang konsumsi senilai US$1,73 miliar.

Di mana, lanjut dia, untuk barang konsumsi saat Ramadan tercatat alami kenaikan terbesar secara month to month (mom), yakni 14,88 persen atau sebesar 34,01 persen secara year on year (yoy).

Perkuat Sinergi dan Pertumbuhan Ekonomi, Bea Cukai Jalin Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

"Kita tahu ini Ramadan, biasanya akan meningkatkan konsumsi. Tentunya peningkatan barang impor konsumsi ini kita harapkan akan berpengaruh kepada konsumsi rumah tangga yang nanti akan dicover didata pertumbuhan ekonomi kuartal ke II," ucap Suhariyanto di kantornya, Senin 25 Juni 2018.

Adapun barang-barang konsumsi yang mendorong laju impor cukup tinggi, dia mengatakan, diantaranya beras yang berasal dari Vietnam, white refine sugar dari Thailand, anggur dari Tiongkok, serta vaksin dari India.

Cek Penerapan Aturan Impor untuk PMI di Bandara Soetta, Mendag Zulhas Temukan Ini

Selanjutnya, barang Impor yang memengaruhi lonjakan, kata Suhariyanto adalah, meningkatnya barang bahan baku dan dan penolong yang senilai US$13,11 miliar. Atau meningkat sebesar 9,02 persen (mom) dan 24,55 persen (yoy).

Di mana barang-barang yang mendominasi diantaranya raw sugar, emas, batu bara untuk memasak, mainboard, serta beberapa jenis besi asal Tiongkok.

"Sementara, impor barang bahan baku dan penolong ini kita harapkan mampu menggerakan industri dalam negeri karena bahan baku yang di impor ini dibutuhkan untuk memproduksi barang dalam negeri," jelasnya.

Kemudian, lanjut Suhariyanto, barang impor ketiga yang memengaruhi laju impor yakni barang modal senilai US$2,81 miliar, di mana peningkatannya mencapai 6,63 persen (mom) atau 43,40 persen (yoy).

"Barang modal yang secara yoy naik tinggi sekali 43,40 prrsen ini kita butuhkan tentu kita sedang menggerakan berbagai proyek infrastruktur, dampaknya kita harapkan meningkatkan angka investasi di komponen pertumbuhan ekonomi yang nanti akan kita rilis pada 5 Agustus," Ujarnya.

Adapun barang-barang modal yang alami kenaikan, kata dia, diantaranya mesin-mesin, atau mechinary for making proces, kemudian laptop asal tiongkok, beberapa mesin yang bermanfaat untuk pelayaran atau single deck for carrier, serta beberapa alat electricity untuk pengolahan nikel.

Sehingga, secara kumulatif Januari-Mei 2018, Suhariyanto mengatakan, impor menurut golongan penggunaan barang tersebut masing-masing mengalami peningkatan, 27,75 persen, 22,59 persen, serta 33,73 persen. Di mana share terbesarnya dipengaruhi Bahan Baku/Penolong sebesar 74,53 persen, Barang Modal 16,25 persen, serta Barang konsumsi 9,22 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya