Backlog Perumahan Tinggi, BTN Genjot Bisnis KPR di Jatim

BTN genjot bisnis KPR di Jatim.
Sumber :
  • Dokumentasi BTN.

VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk bakal genjot bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Provinsi Jawa Timur. Mengingat angka backlog di wilayah tersebut yang masih tinggi serta positifnya pergerakan harga rumah di sana. 

BCA Jor-joran Kasih Bunga KPR dan KKB hingga 2,65 Persen

Direktur Bank BTN Andi Nirwoto mengatakan, ekspansi bisnis tersebut juga digelar untuk mendukung pencapaian target bisnis Bank BTN secara nasional sekaligus mendorong suksesnya Program Satu Juta Rumah. 

Andi memaparkan berdasarkan kajian supply dan demand perumahan yang dilakukan BTN menunjukkan angka backlog di Jawa Timur pada 2016 mencapai 1,03 juta unit. 

Ekspansi Bisnis di Parepare, BTN Targetkan Salurkan KPR Baru Rp48 M

Dalam lima tahun ke depan, BTN memproyeksikan angka kebutuhan rumah tersebut akan bertambah sebanyak 762.034 unit. Sebaliknya, angka pertumbuhan kepemilikan rumah di provinsi tempat Kota Pahlawan tersebut baru mencapai 1,18 persen. 

Andi melanjutkan, pada tahun ini, BTN juga merekam jumlah potensi permintaan akan rumah di Jatim mencapai 331.746 unit. Namun, angka ketersediaan rumah di wilayah tersebut baru mencapai 23.992 unit. 

Gara-gara Hal Ini, Nasabah Loyal BTN Meningkat 222 Persen

“Kami optimistis tahun ini akan mampu mencatatkan penyaluran KPR di Jatim senilai Rp4,32 triliun untuk 23.321 unit rumah atau naik sekitar 21 persen dari tahun lalu,” jelas Andi dikutip dari keterangan resminya Kamis 20 September 2018.

Besarnya peluang bisnis KPR di Jatim juga didukung pergerakan positif harga rumah di provinsi tersebut. Kajian Bank BTN juga menunjukkan provinsi Jatim menempati posisi ketiga dengan House Price Index (indeks harga rumah/HPI) sebesar 173,34 per Juni 2018. Kemudian, sebanyak enam dari 10 kabupaten/kota yang memiliki HPI tertinggi berada di Jawa Timur. 

Di antaranya, Jember menjadi kabupaten dengan HPI tertinggi per Juni 2018 dengan indeks sebesar 229,46 dan pertumbuhan tahunan mencapai 23,38 persen secara tahunan. Besaran indeks tersebut mengindikasikan kenaikan harga rumah di Jember mencapai 1,29 kali lipat dalam 3,5 tahun. 

Pertumbuhan pesat pun terjadi di Kabupaten Ngawi dengan kenaikan tahunan sebesar 45,93 persen. Sejalan dengan kajian tersebut, Bank Indonesia merekam kenaikan harga rumah tertinggi terjadi di kota Surabaya dengan pertumbuhan sebesar 5,41 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per Juni 2018. 

Adapun, hingga Juli 2018, Andi merinci penyaluran KPR Bank BTN di Jatim mencapai Rp1,83 triliun. Realisasi tersebut terdiri atas penyaluran KPR Non-Subsidi untuk 4.127 unit rumah atau setara Rp1,24 triliun dan penyaluran KPR Subsidi untuk 5.169 unit rumah atau senilai Rp585,46 miliar per Juli 2018.  

Untuk mencapai target penyaluran KPR tersebut, Andi mengungkapkan, perseroan terus berpartisipasi meningkatkan ketersediaan rumah. Aksi yang dilakukan yakni dengan menjadi inisiator dan integrator kerja sama antar institusi untuk meningkatkan pasokan rumah. 

Dalam meningkatkan sisi kebutuhan rumah, emiten bersandi saham BBTN ini juga terus berinovasi pada lini digital banking untuk mempermudah nasabah mengakses layanan KPR perseroan. Bank BTN juga terus memperluas jaringan distribusi untuk meningkatkan ekspansi bisnisnya terutama di daerah-daerah. 

“Kami juga menggelar kemitraan dengan berbagai institusi untuk menawarkan KPR bagi karyawan dan masyarakat serta melakukan cross selling dengan beragam korporat,” kata Andi.

Sementara itu, secara nasional, BTN mencatatkan penyaluran KPR senilai Rp157,55 triliun. Posisi tersebut naik sekitar 22,07 persen yoy dari Rp129,07 triliun pada Juli 2017. Bank BTN juga menorehkan kinerja kredit dan pembiayaan sebesar Rp213,5 triliun per Juli 2018 atau naik 19,55 persen yoy dari Rp178,58 triliun. 

BTN pun tercatat telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sekitar Rp188,33 triliun atau naik sekitar 17,27 persen yoy dari Rp160,59 triliun. Dengan kinerja tersebut, Bank BTN mencatatkan total aset sekitar Rp264,51 triliun pada Juli 2018 atau naik sekitar 17,73 persen yoy dari Rp224,68 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya