Puluhan Yacth Sandar di Kumai, Kemenhub Cek Kelayakan Kapal Rakyat

Puluhan kapal yacth berkumpul di pelabuhan Tanjung Kumai, Kalimantan Tengah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Raden JIhad Akbar

VIVA – Ada yang berbeda di Pelabuhan Tanjung Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, beberapa hari ke depan. Puluhan yacth dari berbagai belahan dunia bersandar di pelabuhan tersebut.

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional RI Jadi 17, Simak Daftarnya

Pantauan VIVA, setidaknya sudah ada sekitar 20 yacth yang bersandar di perairan tawar sepanjang Pelabuhan Kumai hingga Minggu Sore. Mereka bersandar karena pelabuhan tersebut adalah tempat transit gelaran Sail to Wonderful Indonesia 2018, yang puncaknya telah diselenggarakan di Moyo, Tambora September lalu.

"Sementara ini 25 (yacth) bersandar. Tapi, akan nambah lagi," ujar Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Kumai Wahyu Prihanto di Pelabuhan Kumai, Minggu 7 Oktober 2018. 

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun

Para pelaut internasional tersebut rencananya akan bersandar hingga 11 Oktober 2018 mendatang. Momentum itu pun digunakan untuk promosi wisata di daerah tersebut. 

Selain itu Kementerian Perhubungan juga mengampanyekan keselamatan pelayaran di Indonesia. Khususnya moda angkutan air tradisional, baik untuk wisata maupun transportasi antar daerah. 

Jokowi Resmikan Bandara Panua Pohuwato Gorontalo Senilai Rp437 Miliar

"Dengan adanya gelaran ini, kami dari KSOP bisa meyakinkan komunitas internasional untuk bisa menaiki kapal-kapal penumpang tradisional ini. Karena sudah tersertifikasi dengan baik sehingga aman," tegasnya. 

Uji petik kelaiklautan kapal penumpang tradisional pun dilakukan secara acak terhadap dua kapal tradisional yang bersandar di pelabuhan itu. Satu kapal yg beroperasi untuk mengangkut penumpang dan wisatawan ke Tanjung Puting yaitu kapal KM Kalimantan Explorer dan KM Sekonyer.

"Ada sekitar 500 kapal penumpang kapal tradisional di wilayah Kumai ini, dan uji petik dilakukan secara acak," tambahnya. 

Sementara itu, Kepala Seksi Keselamatan Kapal Penumpang dan Kapal Penangkap ikan Ari Wibowo, yang memimpin uji petik kedua kapal tersebut, menyampaikan hasil uji petik yang dilakukan. 

Untuk KM Kalimantan Explorer ditemukan belum memiliki alat komunikasi radio sebagai salah satu syarat keselamatan pelayaran.

"Terhadap KM Kalimantan Explorer ini kami rekomendasikan agar kapal tersebut melengkapi dengan alat komunikasi radio sebelum berlayar. Hal-hal lainnya sudah memenuhi standar keselamatan pelayaran," ujarnya. 

Sedangkan hasil uji petik terhadap KM Sekonyer tidak ada temuan yang signifikan. Semuanya telah memenuhi aspek keselamatan.

"Hanya ada temuan minor yaitu life jacket tidak ada nama kapal. Tapi temuan itu tidak terlalu memengaruhi keselamatan pelayaran, sehingga kapal dapat tetap berlayar," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya