Tujuh Tokoh Berjasa di Bidang Ekonomi

Bung Hatta
Sumber :

VIVA – Tanggal 10 November, selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia, untuk mengenang jasa para pejuang dan orang yang dinilai berjasa bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dalam membangun bangsa ini.

Peringatan Hari Pahlawan, Bendera Merah Putih Berkibar di Perbatasan RI-Timor Leste

Beberapa di antaranya, ada yang bergelar sebagai Pahlawan Nasional, karena di antaranya ikut berjuang dalam merebut kemerdekaan. Ada juga yang bergelar Pahlawan Revolusi, yang diberikan pada 1965 kepada sepuluh korban peristiwa Gerakan 30 September.

Sementara itu, Soekarno dan Mohammad Hatta diberikan gelar Pahlawan Proklamator pada 1988, karena peran mereka dalam membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Peringati Hari Pahlawan, Wakasal dan Mensos Risma Upacara dan Tabur Bunga di Perairan Teluk Jakarta

Selain itu, gelar Pahlawan juga diberikan karena dinilai berjuang di bidangnya, seperti Ki Hadjar Dewantoro yang berjuang di bidang pendidikan. Ada juga Johannes Leimena, pahlawan di bidang kesehatan, yang mendirikan sistem Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia.

Nah, bagaimana Pahlawan di bidang ekonomi? Siapa saja mereka yang telah berjasa? Berikut, sejumlah nama dikutip dari berbagai sumber:

Cak Imin Ziarah Makam Pahlawan Nasional Kiai As'ad di Situbondo, Ingatkan Resolusi Jihad

1. Mohammad Hatta

Siapa yang tak kenal dengan Mohammad Hatta? Selain menjadi tokoh proklamasi, pria yang lahir dengan nama Mohammad Attar ini juga punya andil besar bagi perekonomian Indonesia.

Dikutip dari Koperasi Nusantara, Hatta memiliki pemikiran yang sangat cemerlang tentang pemerataan ekonomi. Bagi Hatta, jawaban atas ketimpangan ekonomi adalah gotong-royong. Setiap orang bisa bekerja secara wajar dan mampu memenuhi kebutuhannya.

Sistem ekonomi gotong-royong ini tidak menumpuk kekayaan pada individu. Yang lebih penting adalah pembagian kekayaan secara merata.

Koperasi ini merupakan bentuk nyata dari sistem ekonomi gotong-royong. Yang dituntut dalam kopeasi adalah pemerataan kerja dan pembagian hasil.

Dengan begitu, tak ada lagi ketimpangan. Hatta menyebut koperasi ini merupakan langkah jangka panjang ekonomi. Hasilnya pun tak serta-merta dirasakan.

Tak heran, dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

2. Frans Seda

Tokoh yang sangat berjasa bagi perekonomian nasional lainnya, adalah Frans Seda. Pria bernama lengkap Franciscus Xaverius Seda ini punya jasa yang tidak bisa dianggap enteng bagi perekonomian Indonesia, terutama di bidang keuangan.

Dikutip dari Wikipedia, Frans Seda pernah memegang jabatan Menteri Perkebunan pada periode 1964-1966 dan Menteri Pertanian pada 1966. Posisi ini dipegangnya di masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Pada pemerintahan Soeharto, dia dipercaya sebagai Menteri Keuangan periode 1966-1968. Kala itu, perekonomian Indonesia morat-marit. Inflasi menembus angka 650 persen.

Berkat tangan dinginnya sebagai Menteri Keuangan, inflasi fantastis itu bisa diredam hingga 120 persen.

Tak hanya itu, Frans Seda juga membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih stabil. Dia juga menerapkan kesatuan penganggaran pemerintah di Kementerian Keuangan dan menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang.

3. Sjafruddin Prawiranegara

Sjafruddin Prawiranegara seorang politisi pendiri Partai Islam Masyumi dan ekonom yang sempat menjabat sejumlah jabatan krusial di kabinet Pemerintahan Indonesia pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno.

Dia juga pernah menjabat menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia ketiga, Gubernur Bank Indonesia pertama, Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia setingkat presiden, Menteri Keuangan kelima, Menteri Pertanian kelima, Menteri Perdagangan keempat, dan Direktur de Javasche Bank terakhir.

4. Loekman Hakim

Loekman  merupakan Menteri Keuangan Republik Indonesia di era Soekarno. Jabatan dalam pemerintahan yang pernah dipangkunya adalah Inspektur Keuangan (1942-1945), anggota Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (1946), Komisaris Keuangan untuk Sumatra, Direktur Javasche Bank, Gubernur Bank Indonesia, Direktur Bank Dunia (World Bank), Direktur Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund, IMF), Wakil Menteri Keuangan dalam Kabinet Sjahrir II ( 2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947), Menteri Keuangan merangkap Menteri Kehakiman ad interim RI Darurat (19 Desember 1948 – 13 Juli 1949) dan lain-lain.

5. Radius Prawiro

Radius adalah seorang ekonom dan politikus Indonesia. Dia pernah menjadi anggota Tim Ahli Ekonomi Presiden, Ketua Dewan Gubernur Bank Dunia (IBRD, 1971-1973).

Kemudian, dia berturut-turut dilantik sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Pembangunan II dan III (1973-1983), Menteri Keuangan dalam Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri dan Pengawasan Pembangunan hingga tahun 1993.

6. Rachmat Saleh

Rachmat adalah Gubernur Bank Indonesia pada tahun 1973 hingga 1983, dan Menteri Perdagangan Indonesia tahun 1983 hingga 1988. Dia yang merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengawali kariernya mulai di Bank Indonesia (BI), sebagai pegawai staf umum Bagian Ekonomi Statistik, 1956.

Sempat ditempatkan di Reserve Bank of India, Bombay, dia dipercayai menjadi wakil sementara pada perwakilan BI di Amrika Serikat. Pada tahun itu, ia juga sekretaris pembantu pada perwakilan RI di Amsterdam, Negeri Belanda.

7. Abdul Kadir

Bergelar Raden Temenggung Setia Pahlawan, Abdul Kadir adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Melawi. Pada tahun 1845, ia diangkat sebagai Kepala Pemerintahan Melawi, yang merupakan bagian dari Kerajaan Sintang. Sebagai pejabat kerajaan ia mendapat gelar Raden temenggung.

Ia berhasil mengembangkan potensi perekonomian wilayah ini dan mempersatukan suku Dayak dengan Melayu. Selain itu, ia juga berjuang menentang Belanda yang ingin menguasai wilayah ini. Tahun 1999 diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden nomor 114/TK/1999 tanggal 13 - 10 - 1999.

Bangsawan dari Melawi ini, tercatat menawarkan pengembangan ekonomi dan melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya