Faisal Basri Sebut Rupiah Menguat Karena Utang, Menko Luhut: Asbun Itu

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Media OOC 2018/Irsan Mulyadi

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat saat ini terus menguat, dari yang beberapa bulan terakhir di atas Rp15 ribu per dolar AS, saat ini menjadi Rp14.300 per dolar AS. Penguatan itu diduga ekonom akibat utang yang terus dibuat oleh pemerintah, sehingga arus modal masuk ke RI.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Menanggapi itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengaku heran, lantaran dari sisi rasio utang luar negeri, Indonesia terbilang lebih kecil di banding negara-negara lain. Di samping itu, di sebutkannya Indonesia juga dinilai lembaga international seperti World Bank dan IMF sangat kredibel dalam mengelola utang.

"Orang ribut kemarin rupiah, sekarang rupiah membagus dia bilang karena tambah utang, emang kita bego apa. Ada yang profit taking, yes, di mana-mana di dunia ada itu, tinggal sekarang kita mulai di buat peraturan sama BI (Bank Indonesia), makin bagus dan seterusnya," kata Luhut di kantornya, Jumat 30 November 2018.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Di juga menyebutkan, Indonesia bukan lah negara miskin, hal itu tercermin dari tax ratio yang mencapai 12 persen terhadap PDB. Selain itu, dari sisi penerimaan APBN dikatakannya 83,5 persen berasal dari pajak dan terus mengalami kenaikan. 

"Kita enggak ada masalah soal financing. World Bank itu bilang state base kita tuh kredibel. Jadi kalau ada yang ngomong utang numpuk, orang World Bank itu malah bilang, utangnya dikit sekali. Jadi enggak betul itu. Asbun (asal bunyi) aja itu," tegas Luhut.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Menurut dia, membaiknya niliai tukar rupiah saat ini terhadap dolar AS bukan lain karena semakin intens dan eratnya koordinasi antara BI, pemerintah dan sektor swasta. Sehingga segala kebijakan yang diperoleh dapat diakomodir sesuai kebutuhan semua pihak untuk menggapai kepentingan nasional.

"Ini yang paling bagus. Jadi kita dengarkan private sector punya keluhan, kita degarkan juga masukkan dari dia, kita lihat peraturan yang dibutuhkan, instrumen apa yang bisa dilakukan," paparnya.

"Sehingga, membuat rupiah jadi lebih bagus, membuat impor terkendali, dan membuat ekspor lebih bagus. BI sekarang itu lebih berani dengan independen ya berbuat, tidak ada campur tangan pemerintah," tambah dia.

Sebelumnya, dugaan penguatan rupiah terhadap dolar AS akibat utang itu di sampaikan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri. Menurutnya, penguatan rupiah tersebut murni, bukan karena usaha pemerintah dalam memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia, melainkan karena utang yang terus ditarik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya