Produksi hingga Pendapatan Freeport Diprediksi Anjlok Tahun Ini

Tambang Grasberg Freeport Indonesia di Papua.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA – Produksi hingga pendapatan PT Freeport Indonesia diprediksi anjlok pada tahun ini. Penyebabnya, proses peralihan lokasi tambang grasberg dari tambang terbuka atau open pit ke tambang bawah tanah atau underground pit

Manajemen dan Serikat Pekerja Freeport Teken PKB, Menaker: Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono mengatakan, penurunan produksi ini tentu menyebabkan pendapatan PTFI turun. 

"Ebitda dan revenue PTFI turun bukan masalah cadangan atau kadar, tetapi masalah proses saja belum dimulai (ke underground pit)," ujar Bambang di kantornya, Jakarta, Rabu 9 Januari 2019. 

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran

Diperkirakan, ebitda dari anak usaha PT Inalum itu pada tahun ini akan turun menjadi US$1 miliar dari capaian 2018, yang mencapai US$4 miliar. Namun, pada 2020, kinerja tambang Freeport diperkirakan akan kembali naik. 

"2020 mulai naik, lalu paling optimal 2025 lalu stabil setelah itu," katanya. 

Beroperasi Juni 2024, Smelter Freeport di Gresik Bakal Diresmikan Jokowi?

Sedangkan Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral, Yunus Saefulhak menjelaskan, produksi konsentrat PT Freeport Indonesia tahun ini diperkirakan hanya sebesar 1,2 juta ton. Angka ini cukup anjlok dibandingkan 2018 lalu yang mencapai 2,1 juta ton. 

"Ini, karena proses perpindahan dari open pit ke close pit saja. Tetapi, bukan ditutup (tambangnya)," kata Yunus.

Ia juga menegaskan bahwa kinerja produksi tambang Freeport ini akan meningkat kembali pada tahun 2020, 2021, dan seterusnya. "Puncaknya di 2025," ujar dia. (asp0

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya