Luhut Bantah Utang RI Saat Ini Bisa Buat Negara Runtuh

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menghadiri acara rapat pimpinan atau rapim Polri dan TNI di Auditorium PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Utang Luar Negeri RI Kuartal I-2024 Turun Jadi US$403,9 Miliar, Investor Tarik Dana di SBN

Dalam acara tersebut, Luhut mengatakan, dirinya diundang untuk memberikan penjelasan mengenai pencapaian pemerintah, mulai dari ekonomi hingga infrastruktur.

Selain itu, Luhut juga mengingatkan, agar masyarakat tak terpengaruh dengan pemberitaan palsu atau fake news.

Waskita Terancam Delisting dari BEI, OJK Buka-bukaan Kondisi Perusahaan

"Pemerintah akan selalu menyampaikan berita yang benar, dengan data yang benar," kata Luhut, Selasa 29 Januari 2019.

Luhut pun membantah beberapa pemberitaan yang selama ini menyudutkan pemerintah, seperti Indonesia akan runtuh dan utang yang berlebih.

Warga Aceh Dianiaya hingga Telinga Putus Digunting gegara Utang

"Tidak benar bahwa misalnya negeri ini mau runtuh, karena kita punya TNI-Polri kuat. Tidak benar juga bahwa kita punya utang yang berlebihan, tidak benar juga PKI ada, tidak benar juga ada kriminalisasi ulama," katanya.

Ia pun menyebut, pemerintah dalam melaksanakan tugas dilakukan secara profesional. Dia pun meminta anggota TNI-Polri menyampaikan ke masyarakat mengenai pencapaian pemerintah yang nyata.

"Jangan bangsa ini terpecah dan jadi korban berita hoax yang diberikan orang-orang tidak bertanggung jawab," katanya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, secara komposisi Utang Luar Negeri (ULN) jangka panjang Indonesia saat ini memang di dominasi utang berjangka panjang atau mencapai 80 persen dari total utang. Sementara itu, sisanya hanya mencapai 20 persen.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan rasio ULN jangka pendek terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya mencapai 13,2 persen. Hal itu, sangat rendah jika dibandingkan dengan Filipina, yang sebesar 16,8 persen, serta Malaysia dah Thailand mencapai di atas 40 persen. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya