Dahlan Iskan Ungkap Sosok Djoko Tjandra dan Bos Bank Bali

Penyerahan Djoko Tjandra ke Kejagung
Sumber :
  • VIVA/Edwin Firdaus

VIVA – Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menguak cerita yang kembali hangat di Tanah Air. Kali ini, dia membeberkan cerita lama antara Djoko Tjandra dengan Dirut dan pemilik Bank Bali, Rudy Ramli.

Tabungan Bisa Terkikis Inflasi, Ini Bisa Jadi Salah Satu Opsi Simpanan

Kini, Djoko Tjandra telah berhasil ditangkap dan ditahan selama 2 tahun di Rutan Salemba setelah menjadi buron selama belasan tahun.

Dahlan mengaku kenal baik dengan Rudy Ramli, pemilik Bank Bali itu. Baru-baru ini bahkan dia menanyakan respons Rudy atas penangkapan Djoko Tjandra.

BI Sediakan 208 Titik Penukaran Uang Tunai di Wilayah Bali Untuk Lebaran 2024

Kata Dahlan, Rudy tampak seperti biasa-biasa saja atas penangkapan tersebut. Namun, penangkapan ini mengingatkannya pada masa lalu.

Dahlan pun menguak cerita Bank Bali saat krisis 1998 dan sengkarut hak tagih. Di tengah krisis ekonomi dan kurs rupiah yang terus merosot saat itu, Rudy Ramli berpikir untuk memperkuat modal. Saat bertemu baru-baru ini, Rudy disebut Dahlan tak lagi kelihatan lesu seperti peristiwa kehilangan bank itu.

Perampokan di Minimarket Tasikmalaya, Pegawai Disekap hingga Diseret Pelaku saat Melawan

"Orang lain kehilangan kartu kredit atau dompet. Rudy Ramli kehilangan Bank! Sekaligus istri yang belakangan juga terlihat lebih sering dengan Djoko Tjandra," ungkap Dahlan lewat tulisan yang diunggah di situs pribadinya Disway.id, Dikutip VIVA Bisnis Senin, 3 Agustus 2020. 

Awalnya, lanjut Dahlan, Rudy tidak kenal dengan Djoko Tjandra. Dia hanya tahu Djoko adalah pemilik grup Mulia, termasuk hotel Mulia di Senayan, gedung-gedung Mulia dan pabrik keramik Mulia.

"Ia tidak tahu kalau istrinya ternyata kenal Djoko Tjandra," ucapnya. 

Pada Oktober 1998, sang istri memberitahu Rudy bahwa ada orang yang ingin bertemu suaminya bernama Djoko Tjandra. Bank Bali saat itu sama sekali tidak kekurangan likuiditas, justru ingin meminjamkan uang antar bank. Namun dalam keadaan ekonomi yang sulit, tidak mudah menyalurkan kredit ke perusahaan. 

Akhirnya, Rudy pun menaruh uang di sertifikat Bank Indonesia yang memang lebih aman sampai-sampai Bank Indonesia malah kewalahan karena uangnya terlalu banyak.

"Rudy pun terus dihubungi Bank Indonesia: jangan taruh lagi di BI. Rudy disarankan agar menyalurkan uangnya ke pasar uang. Seorang pejabat tinggi di BI memperlihatkan konsep keputusan BI ke Rudy Ramli bahwa uang yang disalurkan ke bank lain juga dijamin oleh BI," tulis Dahlan.

Dengan saran tersebut, Rudy pun melayani pinjaman antarbank. Tapi, lanjut Dahlan, kecukupan modal beda dengan likuiditas. Meski likuiditas kuat, modal masih harus diperkuat. Apalagi diperkirakan ekonomi akan terus memburuk.

Cerita Janggal Hak Tagih

Singkat cerita, Bank Bali kemudian ingin menambah modal Rp1,4 triliun dengan menggandeng penasihat keuangan asal Amerika, JP Morgan. Akhirnya bertemulah dengan Citibank yang berniat ingin membeli transaksi credit card dengan nilai Rp1,5 triliun. Namun saaat itu, kontraknya tidak disetujui oleh BI dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Menurut pangakuan Rudy kepada Dahlan, dia kemudian didorong memilih Standard Chartered untuk penambahan modal tersebut dan terjadilah tanda tangan kontrak di gedung BI pada 22 April 1999. Kontrak berlaku untuk masa 3 bulan, di mana pembicaraan harus selesai tanggal 22 Julli 1999.

Hingga sampai batas 3 bulan belum ada kesepakatan yang bisa dilanjutkan dengan penandatangan final. Keesokan harinya, sontak Bank Bali dinyatakan BTO atau bank dalam take over. 

"Saya merasa ada pihak yang berusaha agar Bank Bali di-BTO. Agar tidak perlu berurusan dengan keluarga Rudy Ramli," ujar Rudy kepada Dahlan. 

Rudy disebut bahwa belakangan baru tahu ada surat permintaan BTO dari Standard Chartered. Saat itu Bank Bali memang masih punya tagihan ke BPPN sebesar Rp900 miliar. Uang itulah yang dulu dipinjamkan ke bank lain atas anjuran BI agar Bank Bali tidak menempatkan uang lagi di BI.

"Untuk menagih yang itulah, sulitnya bukan main. Ada saja alasannya. Termasuk karena Bank Bali dianggap terlambat melaporkan pinjaman uangnya ke bank lain. Di situlah Djoko Tjandra turun tangan. Djoko mengaku punya banyak kenalan di dalam pemerintahan, mulai Jaksa Agung Baramuli sampai politikus Setya Novanto," ungkap Dahlan.

Mereka, lanjut Dahlan, memberikan gambaran bahwa tagihan itu akan cair dalam 1 pekan. Namun ternyata tidak, bahkan hingga dua minggu. Karena itu Rudy Ramli tidak  mau menyerahkan surat tagihan ke Djoko Tjandra. Sebab, Djoko Tjandra juga belum memberikan jaminan surat berharga sebesar nilai tagihan. Kontrak cessie dengan Djoko Tjandra pun berakhir dengan gagal tagih. 

Tak berhenti di situ, semakin banyak pihak yang ingin membantu Bank Bali untuk menagihkannya dengan motif agar mendapatkan bagian yang besar.

Sampai suatu saat Djoko Tjandra menghubungi Rudy Ramli lagi dan mengatakan bahwa "uangnya siap cair, agar surat tagihan diserahkan," ujar Rudy menirukan pembicaraaan saat itu. Benar saja, lanjut Dahlan, uang senilai Rp900 miliar itu masuk ke Bank Bali. 

"Begitu uang sudah masuk ke rekening Bank Bali, Rudy Ramli kabur ke luar negeri. Tidak ada yang bisa mengontaknya. Tapi situasi membuat Rudy menyerah dan Djoko Tjandra minta bagian Rp500 miliar. Rudy Ramli tidak berkutik. Ia ingin selamat," ucap Dahlan. 

Fee sebesar Rp500 miliar itu pun membuat nama Setya Novanto terkenal untuk pertama karena berhubungan erat dengan Djoko Tjandra. Uang itu lantas dikembalikan ke Bank Bali dalam bentuk rekening eksro yang tidak bisa dicairkan siapa saja menunggu status hukum uang tersebut. 

"Djoko Tjandra/Setya Novanto tetap merasa uang itu hak mereka sebagai tukang tagih. Maka Setya Novanto pun maju ke pengadilan. Ia menggugat bahwa uang Rp500 miliar itu miliknya. Pengadilan mengabulkan gugatan Setya Novanto. pun sampai tingkat banding dan kasasi. Sejak itulah orang mengenal Setya Novanto sebagai orang kuat," beber Dahlan. 

Saat itu, lanjut Dahlan, Rudy kehilangan segala-galanya mulai dari bank, uang tagihan dan juga istri. Dia lebih banyak terlihat seperti orang tertekan dan sempat percaya dengan ilmu hitam.

"Tapi kini Rudy Ramli sudah punya pendamping lagi. Setelah hampir 20 tahun hidup sendiri," tulis Dahlan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya