Investor Ritel Domestik Sudah Kuasai Bursa Saham Indonesia

IHSG
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Pasar saham Indonesia masih terus bisa tumbuh positif di tengah melambatnya pergerakan ekonomi, terutama di sektor riil. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini bahkan mampu sentuh level 6.169,95.

Forum Investor di Abu Dhabi, Menteri Sandiaga Beberkan Keuntungan Investrasi Parekraf di Indonesia

Di sisi lain, aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia masih tercatat terus terjadi. Bank Indonesia mencatat secara tahun berjalan aliran modal asing keluar Rp140 triliun hingga 17 Desember 2020.

Lantas, apa yang menyebabkan bursa saham Indonesia masih bisa terus meningkat ke level 6.000, dari sebelumnya pada Semester I-2020 di level 4.000 akibat dampak pandemi COVID-19?

IHSG Dibayangi Konsolidasi Wajar Jelang Rilis Data Cadangan Devisa

Baca jugaProgram PEN Diklaim Berhasil, Menko Airlangga Beberkan Indikatornya

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, menjelaskan, itu tidak terlepas dari banjirnya likuiditas di pasar keuangan Indonesia. Akibatnya, kecenderungan masyarakat Indonesia investasi saham meningkat.

Pengusaha Ritel Buka-bukaan Alasan Pembatasan Pembelian Gula

Likuiditas yang berlimpah itu terjadi akibat seluruh bank sentral negara-negara dunia melakukan quantitative easing, termasuk Bank Indonesia. Karena itu, suplai uang dikatakannya berlebih meski sektor riil melambat.

"Jadi banyak negara quantitative easing di mana suplai uang itu berlebih, tapi mainstreet real sektor belum ke mana-mana, tapi uangnya sudah berlimpah likuiditasnya. Jadi sebenarnya partisipasi domestik naik signifikan sekali," tuturnya, Selasa, 22 Desember 2020.

Di sisi lain, dia melanjutkan, terjadi penurunan secara besar-besaran imbal hasil pasar obligasi pemerintah untuk satu tahun, serta suku bunga deposito mulai Juli 2020. Akibatnya imbal hasil tinggi yang dicari masyarakat.

"Ini satu hal yang sangat baik ya, di mana likuiditas akhirnya kita tidak bergantung lagi dengan asing di pasar saham. Jadi asing yang nanya, ritel investor domestik, mau ke mana ya ke saya. Jadi ke balik nih, jadi saya cukup bangga," ungkap Joezer.

Apakah kondisi ini sehat atau tidak, Joezer menilai, dari sisi pergerakan investor ritel yang masuk ke pasar saham, dikatakannya bahwa mereka masih tercatat masuk ke saham-saham blue chips atau saham perusahaan besar.

"Bukan berarti mereka tutup mata lalu beli, saya lihat banyak juga yang tolak ukurnya melihat angle story perusahaan, sektornya, tingkat suku bunga, membandingkan valuasi. Jadi so far kita melihat di drive ritel investor karena memang likuiditas melimpah," ucap dia.

Dengan itu, dia berharap, ketika gejolak ekonomi sudah mulai reda dari dampak COVID-19, lalu sektor riil sudah kembali bergerak, ekonomi Indonesia akan lebih kuat karena terbantu dengan aliran modal domestik dan asing.

"Harapannya bila terjadi gejolak ekonomi lebih baik, mainstreet mulai recover, harapannya investor institusi mulai melihat Indonesia karena ada struktural reform Undang Undang Cipta Kerja harusnya positif dampaknya jadi bisa bantu investor asing," tutur Joezer.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya