RI Butuh Rp2407 Triliun Kejar Target Capaian Energi Terbarukan

Ilustrasi energi terbarukan.
Sumber :
  • Inhabitat

VIVA – Pemerintah terus mendorong pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia. Namun ditegaskan butuh peran serta swasta berinvestasi di sektor tersebut. 

Nilai Aset Kripto Terus Berfluktuasi, Sejumlah Faktor Ini Disoroti

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya mengatakan, hasil evaluasi Pemerintah pada periode 2012 sampai 2019 pertumbuhan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia terus terjadi. Namun, percepatan EBT masih kurang meyakinkan. 

“Antara realisasi dengan target belum bisa matching. (Pengembangan) energi terbarukan itu lebih kecil dibanding pembangkit tenaga batu bara,” jelasnya saat webinar bertajuk ‘Opportunities and Challenging’, Selasa 9 Maret 2021. 

Pemerintah Sepakat Pembahasan RUU MK Dibawa ke Rapat Paripurna

Dia menjelaskan, salah satu tantangannya adalah investasi. Jika energi terbarukan ini ingin berkembang pesat di Indonesia maka diperlukan incumbent utility atau utilitas milik investor. Ini dilakukan untuk memperkuat sistem jaringan transmisi dan distribusi.

Baca juga: Bamsoet: Pengemplang Pajak Adalah Pengkhianat Negeri

5 Pesan Ketum Muhammadiyah Untuk Jamaah Haji Indonesia

Hambatannya, dana yang dibutuhkan untuk kemajuan energi terbarukan memakan biaya yang sangat tinggi. Perhitngan Kementerian ESDM bisa mencapai sebesar US$167 miliar atau Rp2407,2 triliun (Kurs Rp14.414,66)

“Ini tidak saja tugas Kementerian ESDM di Bappenas tapi tugas semua stakeholder, energi terbarukan. Tanpa integrasi harmonisasi hanya di sektor energi, industri transportasi, dan lain-lain, tanpa ada satu perencanaan yg terintegrasi, tidak bisa mempercepat pelaksanaan akselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan,” ungkapnya.

Chrisnawan mengatakan, pengembangan EBT pada 2025 akan mencapai 23 persen. Sampai akhir 2020 ini target yang didapat berada di angka 11,20 persen. Menurutnya, angka tersebut masih jauh untuk mencapai target di 2025. 

“Namun 5 sampai 6 tahun ke depan peningkatannya sudah menurun artinya kita sudah menerapkan EBT bersih seperti yang diharapkan ke depannya, jadi masih bisa lebih berkembang,” jelasnya. 

Ia mengakui, Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar. Namun utilities atau daya guna yang masih kecil yaitu 2,5 persen tetapi penelitian masih terus berjalan untuk potensi yang bisa dikembangkan ke depannya. 

“Saat ini transisi Indonesia dalam penggunaan energi berbasis EBT masih kita dorong dengan memenuhi demand, fokusnya di PLTS,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya