Rupiah Tertekan ke Level Rp14.245 Per Dolar AS, Ini Pemicunya

Uang kertas rupiah dan dolar AS.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan Kamis, 23 September 2021. Rupiah bergerak di kisaran atas Rp14.240 per dolar AS pagi ini.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Di pasar spot, hingga pukul 09.20 WIB rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.245 per dolar AS. Melemah 0,04 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.240 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia terakhir berada di level Rp14.249 per dolar AS, menguat dari sebelumnya di level Rp14.244 per dolar AS.

Rupiah Melemah ke Level Rp 16.192 Per Dolar AS, Investor Cermati Dinamika Konflik Timur Tengah

Baca juga: Investor Optimis COVID-19 Mereda, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap rupiah masih dipicu oleh faktor eksternal.

Anak Buah SYL Video Call Bahas 'Orang KPK' dan 'Ketua': Siapin Dolar Nanti Kami Atur

"Suasana risk-off yang didominasi oleh ketidakpastian solvabilitas Evergrande China," paparnya.

Di sisi lain, kepastian kebijakan pengetatan moneter AS pada akhir tahun ini menguat setelah Kepala Federal Reserve Jerome Powell mengumumkan hasil pertemuan FOMC.

Meski belum mengeluarkan pernyataan pasti terkait dengan timing dari normalisasi kebijakan moneter, namun demikian The Fed menaikkan proyeksi FFR 2022 dari 0,1 persen menjadi 0,3 persen.

"Tanda-tanda kapan bank sentral akan mulai mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran," ujar dia.

Namun begitu, Ibrahim memastikan bahwa BI telah melakukan langkah yang baik dengan menerapkan stress test terkait risiko-risiko global tersebut terhadap perekonomian domestik.

"Stress test yang dilakukan oleh BI menunjukan hasil, di mana tapering yang kemungkinan akan dilakukan Fed pada November 2021 akan memberi dampak yang jauh lebih kecil dari taper tantrum pada 2013," paparnya.

Selain itu, stress test juga menurutnya ditopang oleh ketahanan eksternal Indonesia yang terus terjaga dengan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang akan terus membaik, serta cadangan devisa yang kuat.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat  di rentang Rp14.230-14.290," tegasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya