Wapres Ma'ruf Sebut Sejak Pandemi Lahirkan Cara Baru Bertransaksi

Wapres Ma'ruf Amin.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA –  Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengatakan, sejak 2009 hingga 2022 penggunaan uang elektronik terus mengalami pertumbuhan. Tercatat, dari data Bank Indonesia di Februari 2022 tumbuh 41,3 persen mencapai Rp27,1 triliun.

KTM Mahasiswa hingga KTA Alumni Universitas Udayana Bakal Bisa Buat Transaksi Keuangan

Dari angka tersebut diperkirakan masih akan terus tumbuh. Hal itu sejalan dengan meningkatnya penerimaan dan preferensi masyarakat terhadap uang elektronik.

“Bertumbuhnya penggunaan uang elektronik didorong oleh berbagai faktor. Pertama perkembangan teknologi, kedua perubahan gaya hidup masyarakat untuk bertransaksi yang lebih praktis, aman, nyaman, dan cepat,” jelas Amin dari telekonferensi, Jumat, 22 April 2022.

Daerah yang Suskes Kelola Dana Desa Dapat Bonus hingga Rp 150 Juta, Kemenkeu Kasih Bukti

Amin mengungkapkan, sejak merebaknya pandemi COVID-19 juga telah melahirkan cara baru masyarakat dalam bertransaksi. Di mana uang elektronik penggunaannya meningkat sebagai alat transaksi pembayaran.

“Fungsinya kian meluas dari fungsi yang semulanya terbatas pada kebutuhan membayar tol non tunai. Kini pemanfaatan uang elektronik telah merambah pada aneka macam kebutuhan layanan masyarakat. Mulai dari pembayaran tagihan, pajak, transportasi publik, belanja online, investasi hingga penyaluran dana sosial,” ujarnya.

OJK Rilis POJK Atur Penyelesaian Transaksi Efek dan Short Selling hingga Ketentuan Sanksi

Melalui digitalisasi ini turut, menjadi faktor pendorong pertumbuhan dan ekonomi nasional. Dia menuturkan, ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu penopang ketahanan ekonomi nasional.

Transaksi digital.

Photo :
  • https://www.einfochips.com/

“Juga merasakan dampak positif yang dibawa oleh teknologi digital sebagai akselerasi pengembangan sektor-sektor ekonomi dan keuangan syariah,” ungkapnya.

Dia pun mengapresiasi kepada LinkAja Syariah yang berperan dalam menumbuhkan literasi dan inklusi keuangan digital syariah. Dari hal itu literasi dan inklusi keuangan syariah akan menjadi daya bangkit masyarakat terhadap pasar keuangan syariah.

“Pasar keuangan syariah yang saat ini masih terbilang rendah, yakni sekitar 10 persen dari total pangsa pasar nasional. Ke depan saya berharap LinkAja Syariah terus mengoptimalkan peran dan potensi layanannya setidaknya dengan komitmen menjaga dua aspek penting yaitu keamanan dan kemanfaatan,” tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya