Sri Mulyani Waspadai Dampak Inflasi Global hingga Zero COVID China

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dinamika global yang terjadi saat ini perlu diwaspadai. Kenaikan harga komoditas, inflasi global, serta Zero Covid yang diterapkan di China punya dampak besar ke perekonomian dunia.

Rupiah Kembali Anjlok ke Level Rp 16.234 per Dolar AS

Ani, begitu sapaan akrabnya, mengatakan, kenaikan harga komoditas yang meningkat sangat cepat dan ekstrem berdampak terhadap perekonomian khusunya mendorong inflasi negara maju secara ekstrem.

“Kenaikan harga yang sangat ekstrem mendorong inflasi di level global terutama negara-negara maju secara ekstrem. Dan ini kemudian diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter terutama di AS, Eropa, dan Inggris,” jelas Ani dalam Talkshow Neraca Komoditas, Senin 30 Mei 2022.

Sri Mulyani Buka Suara soal Harga Sepatu Rp 10 Juta Kena Pajak Rp 31 Juta

Dengan pengetatan kebijakan moneter menurutnya akan terjadi kenaikan suku bunga. Likuiditas juga akan menjadi lebih ketat.

“Hal ini perlu untuk kita waspadai dalam implikasinya terhadap momentum pemulihan ekonomi global,” tegasnya.

Sri Mulyani Buka Suara soal Warga Beli Sepatu Rp10 Juta, Kena Pajak Rp31 Juta

Dampak Kebijakan Zero COVID China ke Perekonomian Dunia

Warga menggunakan masker untuk melindungi diri dari COVID-19 di Beijing, China.

Photo :
  • AP Photo/Andy Wong

Sementara itu, zero case policy yang diterapkan pemerintah China untuk menghadapi pandemi COVID-19 punya implikasi besar ke perekonomian China. Untuk diketahui, kebijakan Zero COVID itu dilakukan pembatasan kegiatan yang sangat ketat.

“Tentu akan berdampak pada perekonomian dunia karena jumlah dan juga size dari perekonomian RRT (Republik Rakyat Tiongkok) yang sangat besar,” terangnya.

Ani menegaskan, risiko-risiko tersebut harus diantisipasi. Termasuk di dalamnya risiko yang masih terus berlangsung yaitu konflik antara Rusia dan Ukraina. Konflik kedua negara tersebut telah menyebabkan disrupsi atau perubahan secara besar-besaran dari sisi suplai.

“Menghadapi perubahan ekonomi dunia dan dinamika risiko yang bergeser secara sangat cepat, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan merespons kebijakan kita secara tepat. Indonesia terus melakukan berbagai langkah reformasi, untuk membangun ekonomi kita yang jauh lebih kuat dan berdaya tahan serta fleksibel,” jelas Ani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya