Kerek Suku Bunga Jadi 5,25 Persen, BI: Pilihan Terakhir

Gedung Bank Indonesia (tampak depan)
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Dalam hal ini BI tercatat sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali secara beruntun.

Ekonom BCA Ramal Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,07-5,14 Persen

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI tersebut merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan di tengah situasi saat ini.

"Kemarin Bank Indonesia pada akhirnya menaikkan kembali suku bunga kita sebesar 50 basis poin. Kita juga noted bahwa kenaikan suku bunga itu merupakan pilihan terakhir dari kebijakan yang kita miliki," kata Dody dalam Flagship Event Diseminasi Laporan Nusantara serta Launching Buku Kajian Manufaktur dan Pariwisata, Jumat 18 November 2022.

Gubernur BI Ungkap Tujuan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025-2030

Baca juga: Dolar yang Tergelincir Buat Harga Minyak Dunia Naik

Dody melanjutkan, BI sadar di tengah situasi saat ini stabilitas moneter harus berjalan bersama pertumbuhan ekonomi nasional. Di mana tercatat, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen.

BI Ungkap Penyaluran Kredit Perbankan Maret 2024 Naik

"Momentum pemulihan khususnya di daerah ini menjadi dasar kita, untuk melihat bahwa suku bunga merupakan salah satu dari sekian kebijakan dalam amunisi kebijakan kita," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan, kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Dengan kenaikan itu maka suku bunga deposit facility juga naik 50 basis points menjadi 4,50 persen.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo

Photo :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

"Dan suku bunga lending facility naik 50 basis points menjadi 6,0 persen," kata Perry.

Perry menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga tersebut dilakukan BI sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptif dan forward-looking.

Tujuannya tak lain adalah untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3+/-1 persen lebih awal, yaitu pada paruh pertama awal 2023.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya