PLN Ungkap Transisi Energi RI Sampai 2040 Butuh Pendanaan hingga US$130 Miliar

Presiden Joko Widodo memperhatikan turbin kincir angin usai meresmikan Pembangkit Listirk Tenaga Bayu (PLTB) di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Jakarta – PT PLN (Persero) memberikan perhatian khusus pada pendanaan transisi energi di Tanah Air. Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono mengatakan, pihaknya telah merancang sejumlah skenario transisi energi yang bisa dilakukan.

PLN IP Targetkan Perdagangan Karbon Naik 2 Kali Lipat dari 2,4 Juta Ton CO2 di 2023

Meski demikian, ia mengungkapkan bahwa transisi energi  butuh pendanaan atau modal yang sangat besar yang diperkirakan mencapai kisaran US$50-US$130 miliar sampai tahun 2040. Dengan adanya dana Just Energy Transition Partnership (JETP) yang akan memberikan potensi pembiayaan US$20 miliar, maka masih ada kekuarangan.

"Dengan potensi pendanaan dari JETP sebesar US$20 miliar, maka masih ada kekurangan kebutuhan pendanaan sebesar US$30-US$110 miliar sampai tahun 2040," kata Warsono dalam telekonferensi di webinar DETalk, 'Energi Nasional Terus Melaju untuk Indonesia Maju', Selasa, 15 Agustus 2023.

Waktu Pendaftaran Mahasiswa Baru Institut Teknologi PLN Tahun 2024/2025 Diperpanjang

Warsono pun menegaskan bahwa proses transisi energi memang membutuhkan anggaran yang cukup besar, terutama dari sisi belanja modal atau capital expenditure (capex). Pendanaan ini juga menjadi 'concern' bagi PLN untuk mencari pembiayaan yang lebih murah. Selain itu, juga pendanaan yang  memiliki dampak yang rendah terhadap affordabilitas masyarakat.

PLN Sebut Tak Semua Tiang Listrik Bisa Dijadikan SPKLU Kendaraan Listrik, Ini Alasannya

"Jadi concern utama bagi kami adalah terkait bagaimana penyediaan pendanaannya," kata Warsono.

Dia mengatakan, setiap skenario pembiayaan transisi energi tersebut tentunya juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Sehingga, PLN sendiri, menurut Warsono harus bisa benar-benar memilah mitranya masing-masing, untuk menentukan mitra mana yang bisa memfasilitasi PLN untuk mendapatkan pendanaan bagi proses transisi energi tersebut.

"Kita sudah punya beberapa skenario (transisi energi) yang masing-masing ada plus minusnya. Tapi yang jelas semuanya menunjukkan kebutuhan capex yang cukup besar," kata Warsono.

"Karena itu, maka berbagai macam pendanaan yang memungkinkan perlu untuk kita bangun kemitraannya, demi mendapatkan platform pendanaan yang paling kompetitif untuk mengakselerasi transisi energi, khususnya di PLN," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya