Menteri Bahlil Pastikan Siap Fasilitasi Investasi BYD yang Jadi Mitra Grup Bakrie di RI

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Sumber :
  • VIVA/Andrew Tito

Jakarta – Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia memastikan, pabrikan mobil listrik terbesar asal China, yakni BYD, sudah berkomitmen menanamkan modalnya di Indonesia dengan menggandeng Grup Bakrie sebagai mitra lokalnya.

Terpopuler: BYD Minta Maaf ke Konsumen, Mengecas Mobil Listrik Cuma 10 Menit

BYD selama ini memang menjadi pemasok untuk produksi bus listrik, yang tengah gencar diproduksi oleh PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) sebagai anak usaha dari entitas Bakrie Group.

"BYD sudah masuk. Dia kan partner lokalnya Pak Anindya Bakrie ya, dan mereka sudah kami fasilitasi," kata Bahlil saat ditemui usai dialog 'Hilirisasi Untuk Negeri' di Media Center Indonesia Maju, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 11 Desember 2023.

BYD Minta Maaf Konsumen di Indonesia Belum Terima Unit, Ini Biang Keroknya

Bus listrik BYD dipasarkan di Jepang

Photo :
  • Carnewschina

Dia menambahkan, rencana pemerintah untuk menghapuskan PPN bagi impor utuh atau completely built up (CBU) mobil listrik, dipastikan juga akan segera terbit melalui Peraturan Presiden (Perpres).

BYD Indonesia Bangun Diler Mewah di Kawasan Cibubur

Bahlil menyebut, harmonisasi dari para kementerian teknis pun sudah selesai dilakukan, dan hanya tinggal menunggu aturannya terbit.

"Mungkin Perpresnya (keluar) tidak akan lama lagi. Tapi secara tim teknis sudah selesai," ujar Bahlil.

Dia menegaskan, kuota impor nantinya akan ditetapkan, dan hanya diberikan kepada pabrikan otomotif yang sudah berkomitmen untuk melakukan investasi di Tanah Air.

Dia mencontohkan, apabila suatu merek asing ingin masuk ke Indonesia, maka harus ada komitmen dari kapasitas produksi yang nantinya akan dibangun. Baru setelah itu, kuota impor akan diberikan oleh pemerintah.

"Kuota impor diberikan berdasarkan progres kerjanya. Jadi kalau programnya bangun pabrik baru 20 persen, ya kami kasih kuotanya juga 20 persen. Kalau produksi 50 persen, kami naikkan lagi 50 persen (kuotanya). Supaya tidak disiasati oleh pabrik mobil di luar untuk banjiri pasar otomotif," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya