Bos BI Ungkap Biang Kerok Rupiah Loyo ke Rp 15.800 per Dolar AS

Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo buka suara mengenai penyebab nilai tukar rupiah yang belakangan ini menyentuh level Rp 15.800 per dolar AS. Menurutnya, pelemahan itu terjadi hanya dalam jangka waktu pendek.

BI Catat Modal Asing Kabur dari RI Pekan Keempat April Capai Rp 2,47 Triliun

Perry mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berita dari mancanegara yang masuk ke domestik.  

"Dalam jangka pendek, ada faktor-faktor berita satu hingga dua minggu terakhir yang berpengaruh terhadap tatanan nilai tukar rupiah. Tidak hanya rupiah, tapi seluruh dunia," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 30 Januari 2024.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Perry menjelaskan, beberapa berita yang mempengaruhi nilai tukar rupiah itu di antaranya pasar yang memprediksi bahwa Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga the Fed, akan turun di kuartal I atau kuartal II-2024.

BI Catat Penyaluran Kredit Baru Kuartal I-2024 Tumbuh Positif, Ada Tapinya

"Tapi ternyata data-data terakhir kayanya FFR FOMC kayanya sabar untuk enggak buru-buru menurunkan FFR, karena apa? Personal spending-nya atau ekonominya masih tumbuh bagus dan inflasi inti belum turun di bawah sasaran," jelasnya.

Selain itu, jelas Perry, adanya berita mengenai dolar melemah kemudian kembali menguat juga mempengaruhi pergerakan rupiah beberapa waktu belakangan ini.

"Tempo hari indeks dolar sudah turun ke dari 103 ke 102, naik lagi ke 103 malah di atas 103. Sehingga seluruh mata uang dunia melemah, tidak terkecuali rupiah," terangnya.

Perry menuturkan, juga adanya berita mengenai tensi geopolitik di Timur Tengah dan Laut China mendorong mata uang rupiah betah di Rp 15.800 per dolar.

"Demikian juga kebijakan regulator China supaya pasar sahamnya enggak merosot. Berita-berita itu yang membuat kemudian tekanan nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah itu meningkat," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya