Rupiah Menguat ke Level Rp 15.623 per Dolar AS, Ini Pemicunya

Ilustrasi rupiah dan dolar AS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menguat pada perdagangan Senin, 12 Februari 2024. Rupiah menguat sebesar 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp 15.623 per dolar AS. 

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau Rabu sore, mematok rupiah di angka Rp 15.685 per dolar AS. 

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan, nilai tukar rupiah berpeluang menguat pada hari ini. Sebab, indeks dolar AS hari ini melemah dibandingkan akhir pekan kemarin. 

Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

"Pagi ini bergerak di kisaran 103,98, sementara sebelumnya berada di atas kisaran 104. Rupiah bisa menguat terhadap dolar AS dengan pelemahan indeks dolar tersebut," ujar Ariston kepada VIVA, Senin, 12 Februari 2024. 

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Ariston menuturkan, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS juga masih menjadi pemicu pelemahan dolar AS. Hal ini karena dalam rapat moneter Bank Sentral AS di akhir Januari lalu dan pernyataan petinggi the Fed, Loretta Mester, yang dibicarakan bukan lagi kenaikan suku bunga acuan. Tapi timing pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. 

"Jadi pemangkasan tinggal menunggu waktu di tahun ini meskipun the Fed menyatakan tidak akan terburu-buru memangkasnya," jelasnya. 

Namun demikian terang Ariston, ekspektasi the Fed ini bisa berubah bila data ekonomi AS terutama data inflasi terbaru malah bergerak lebih tinggi. 

"Jadi data AS masih menjadi mover nilai tukar terhadap dolar AS," ujarnya. 

Di sisi lain terang Ariston, perlambatan ekonomi China bisa menjadi penghalang penguatan rupiah lebih lanjut. Data inflasi konsumen China bulan Januari pekan lalu menunjukkan deflasi -0,8 persen yang bisa diartikan penurunan permintaan.

Sementara itu, Ariston mengatakan dari sikap wait and see pelaku pasar menunggu hasil Pemilu 2024 RI bisa membebani rupiah. Sebab pelaku pasar bisa saja menahan diri untuk masuk ke aset rupiah. 

"Demikian pula kalau terjadi dua putaran, pasar kembali akan mengambil sikap wait and see. Setelah hasilnya jelas, rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS," jelasnya. 

Adapun potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini ke arah Rp 15.630-Rp 15.600. Sementara potensi resisten di kisaran Rp 15.720.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya