Pasca-Serangan Iran ke Israel, Harga Minyak Dunia Malah Merosot 1 Persen

Foto ilustrasi minyak dunia
Sumber :

Jakarta – Harga minyak dunia merosot sekitar 1 persen per barel setelah serangan Iran terhadap Israel pada akhir pekan kemarin. Hal ini disebut membuktikan bahwa eskalasi itu tidak terlalu merusak dibandingkan yang diperkirakan, sehingga mengurangi kekhawatiran akan konflik yang semakin intensif yang dapat mengubah harga minyak mentah.

Hamas Melunak, Setujui Konflik dengan Israel Pakai Solusi Ini

Dilansir dari The Economic Times, harga minyak brent berjangka untuk pengiriman Juni turun 91 sen atau 1 persen menjadi $89,54 per barel pada pukul 17.17 GMT atau 00.17 WIB, Selasa, 16 April 2024. Sementara Minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman Mei turun 87 sen atau 1 persen menjadi $84,79 per barel.

Sebelumnya, harga minyak mentah naik pada perdagangan Jumat yang terlihat seperti mengantisipasi serangan balasan Iran, dengan harga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober.

Korut Kirim Utusan ke Iran, Kira-kira Ini yang Dibahas

Penampakan rudal Iran di wilayah Israel

Photo :
  • tangkapan layar

Intersepsi Israel terhadap serangan Iran, yang melibatkan lebih dari 300 rudal dan drone, meredakan kekhawatiran akan konflik regional yang mempengaruhi lalu lintas minyak melalui Timur Tengah.

Pejabat Israel dan Mesir Bertemu Diam-diam, Bahas Operasi Militer di Rafah

“Keberhasilan pertahanan Israel menyiratkan bahwa risiko geopolitik telah berkurang secara signifikan,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di bank Mizuho.

Data penjualan ritel AS yang kuat dari Departemen Perdagangan juga menghambat kenaikan harga minyak, tambah Yawger, dengan meningkatkan kemungkinan bahwa suku bunga di negara dengan perekonomian terbesar di dunia akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dan mengurangi permintaan minyak.

“Istilah kunci dalam keseluruhan skenario ini adalah penghancuran permintaan,” kata Yawger.

Di Timur Tengah, pernyataan Iran bahwa pembalasannya telah berakhir telah semakin menurunkan suhu geopolitik, kata analis Kpler, Viktor Katona.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya