Menko Luhut Beri Lampu Hijau Operasi Kilang Minyak Mini Lagi

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Pemerintah nampaknya serius dalam mengoperasikan kembali kilang mini milik PT Tri Wahana Universal (TWU) di berada di Desa Sumengko, Bojonegoro, Jawa Timur.

Dampak Mengerikan Penghentian Produksi Kilang Mini

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan, akan mengupayakan menghidupkanya kembali kilang mini buatan Indonesia ini.

“Bukannya pemerintah akan membangun banyak kilang, kenapa kilang mini dimatikan? Contohnya, kilang mini milik PT Tri Wahana Universal di Bojonegoro. Piye, toh? Sekarang kita sedang mengupayakan untuk dihidupkan lagi," ujar Luhut di Jakarta, Senin, 29 Februari 2016.

Kilang Minyak Mini di Bojonegoro Bakal Kebanjiran Investor

Diketahui, kilang mini swasta pertama di Indonesia dengan kapasitas sebesar 16.000 barel per hari tersebut telah setop produksi sejak 15 Januari 2016.

Kilang tersebut tidak berproduksi lantaran pemerintah belum memutuskan formula harga dan besaran alokasi minyak jatah pemerintah yang selama ini dipasok ke kilang mini TWU.

Kilang Minyak Mini di Bojonegoro Bisa Kurangi Impor BBM

Luhut menjelaskan, pembangunan kilang mini pada lokasi-lokasi sumur minyak yang tersebar di berbagai daerah, dapat menciptakan nilai tambah ekonomi untuk masyarakat sekitar.

“Saya tidak mengerti, kenapa sampai terjadi penghentian. Tetapi intinya adalah dulu pernah ada kajian bahwa kilang-kilang mini itu lebih efisien, karena langsung didistribusikan ke daerah itu. Jadi, tidak ada cost transportation tidak ada lagi,” kata Luhut.

Luhut menambahkan, konsep kilang mini juga jauh lebih menguntungkan. Pertama, kilang mini akan meminimalisir pencurian minyak.

"Crude oil di bawah, tidak akan dicuri orang. Siapa yang akan mencuri crude oil. Tidak ada," ucap Luhut.

Kedua, dariwell (sumur) di tap langsung ke dia, jadi costlebih rendah. Cost recovery jadi kurang.

Oleh karena manfaatnya lebih besar, pemerintah akan mengembangkan kilang mini, termasuk mengembalikan produksi kilang TWU.

“Nanti kami akan bahas dengan Kementerian ESDM dan Pertamina, sebab itu complaint dari private sector. Mereka mengadu kepada kami karena merasa sudah berinvestasi, belum apa-apa sudah dihentikan, Sekarang kita sedang mengupayakan untuk dihidupkan lagi. Soalnya mereka complaint kepada kami,” kata Luhut.

Di tempat terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan akan merampungkan masalah berhenti operasinya kilang mini swasta pertama di Indonesia tersebut.

“Kilang TWU sedang dibahas, kami akan selesaikan,” kata dia usai menyaksikan penandatanganan kontrak APBN 2016 di kantornya.

Kendati enggan menyebut kapan pembahasan tersebut akan selesai, Sudirman menegaskan segera menyelesaikannya.

Senada dengan Sudirman Said, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmaja menjelaskan, kilang TWU di Bojonegoro, Jawa Timur tidak lagi beroperasi lantaran adanya pemilik kilang diminta membeli minyak mentah dari Blok Cepu sesuai dengan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

“Padahal, kalau di mulut tambang (dekat blok migas) mestinya memang dikurangi biaya transportasi,” ucap dia.

Pihaknya kini sedang mencari jalan keluar soal harga minyak mentah untuk kilang TWU ini. Sehingga, Kementerian ESDM belum bisa memastikan apakah TWU bisa mendapat harga di bawah ICP. “Lagi dibahas soal itu,”kata Wiratmaja.

Yang jelas, keberadaan kilang mini TWU memberikan dampak positif dan manfaat besar untuk sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Menurut hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (LPPM UGM), dampak keberadaan kilang mini TWU tak hanya dirasakan di tingkat lokal, namun juga ke tingkat nasional.

Pada tahun 2014, misalnya, multiplier effect pengoperasian kilang minyak TWU mampu memberikan nilai tambah ekonomi sebesar Rp 1,3 triliun di tingkat Kabupaten Bojonegoro, Rp 2,6 triliun di tingkat Provinsi Jawa Timur, dan Rp 9,8 triliun secara nasional.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya