- KCNA/via REUTERS
VIVA - Media Korea Utara menyebut kepercayaan dirilah yang mendorong negara tersebut membuka pembicaraan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat. Bukan karena sanksi.
Pyongyang juga membantah anggapan bahwa tekanan Presiden AS Donald Trump yang membuat hubungan kedua negara itu membaik. Meskipun sejumlah pejabat AS berpendapat sebaliknya yaitu menilai sanksi dan tekanan Trump terbukti efektif membuat Korea Utara melunak.
Seperti diketahui, Trump menerima undangan untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Bila benar terwujud, pertemuan itu akan menjadi yang pertama untuk keduanya. Detail dari pertemuan tersebut masih belum jelas, tetapi rencananya digelar pada bulan Mei.
Baca juga: Trump Setuju Bertemu dengan Kim Jong Un
"Perubahan besar dalam hubungan Korea Utara-Korea Selatan bukan merupakan kebetulan tetapi hasil dari tindakan proaktif Republik Demokratik Rakyat Korea, rekan senegaranya yang hangat dan kemauan untuk membela perdamaian," kata sebuah komentar seperti dilansir dari Asiancorrespondent.com, Kamis, 22 Maret 2018.
"Kejadian seperti itu hari ini bisa menjadi mungkin karena martabat Korea Utara telah sangat meningkat dan memiliki kekuatan yang kuat," lanjut komentar tersebut.
Sejauh ini, Korea Utara telah mendorong propaganda anti-Amerika di dalam negeri. Komentar tersebut tampaknya menjadi yang pertama kalinya seiring pergeseran kebijakan Korea Utara terhadap AS.
Sebelumnya, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, mengusulkan adanya pertemuan tiga arah antara Korea Utara, Korea Selatan dan AS setelah pertemuan mereka masing-masing dengan Kim.
Baca juga: Korsel Rencanakan KTT Tiga Arah dengan Korut dan AS
Delegasi Korea Selatan melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk bertemu dengan Kim setelah pencairan hubungan di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang. Delegasi dari Korea Utara dan Korea Selatan akan bertemu lagi minggu depan untuk mempersiapkan pertemuan antara Kim dan Moon.