Kutip Sabda Nabi, Jokowi Serukan Perdamaian di Afghanistan

Pertemuan trilateral antara Indonesia-Afghanistan-Pakistan di Istana Bogor
Sumber :
  • VIVA/Agus Rahmat

VIVA – Presiden Joko Widodo optimistis bahwa pertemuan trilateral antara Indonesia-Afghanistan-Pakistan akan bisa menjadi upaya menciptakan perdamaian kembali di Afghanistan. Selama ini, Afghanistan diliputi perang saudara lebih dari 40 tahun lamanya.

Masjid Badshahi, Saksi Sejarah Hubungan RI dan Pakistan

Indonesia dipercaya menjadi mediator untuk menengahi konflik di Afghanistan. Berbekal sabda Nabi Muhammad SAW, Presiden Jokowi kepada para pemimpin ketiga negara itu menyerukan perdamaian.

"Saya teringat sabda Nabi Muhammad SAW, 'Innamal a’maalu bin niyyah', 'Sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya'. Dan seseorang hanya memperoleh dari apa yang diniatkannya," kata Presiden Jokowi dalam pembukaan pertemuan trilateral dengan tema “Perdamaian dan Stabilitas di Afghanistan”, di Istana Bogor, Jumat 11 Mei 2018.

Melihat Potensi Investasi Besar di Pakistan

Presiden Jokowi yang didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menko Polhukam Wiranto mengatakan, niat baik untuk perdamaian di Afghanistan itu muncul dari dirinya, Presiden Ashraf Ghani bersama Presiden Pakistan Mamnoon Said serta PM Shahid Khaqan Abbasi.

Bahkan di Jakarta saja, Presiden Jokowi sudah dua kali bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Jokowi juga pernah mengunjungi Kabul. Keseriusan Indonesia membantu negara itu dibuktikan dengan kehadiran Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Februari 2018 dalam pertemuan sejenis.

Pertemuan Ulama, Langkah Awal Perdamaian Afghanistan

"Saya juga berkomunikasi dengan Presiden Pakistan Mamnoon Hussein dan PM Abbasi dalam kunjungan saya ke Islamabad. Pakistan adalah negara tetangga yang penting dan berperan di kawasan, Alhamdulillah Pakistan menyambut baik dalam komitmen dan upaya Indonesia membantu peace building di Afghanistan," jelas Jokowi.

Diakui Jokowi, menciptakan perdamaian dari konflik yang berkepanjangan bukanlah perkara mudah. Namun, bukan berarti harus berputus asa dan tidak berusaha untuk menuju perdamaian itu.

"Kita tahu, jalan menuju perdamaian tidaklah mudah. Namun, sebagai orang beriman, kita juga yakin pertolongan Allah itu sangat dekat. Kita tidak boleh putus harapan apalagi putus asa," katanya.

Maka, kata Presiden, peran ulama sangat penting. Mantan gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, ulama menjadi kunci karena selalu didengarkan oleh umatnya. Ulama memiliki karisma dan selalu menjadi teladan bagi umat.

"Ulama memiliki otoritas dan kekuatan untuk membentuk wajah umat yang damai," katanya.

Presiden percaya dengan peran ulama-ulama dari ketiga negara itu untuk memformulasikan cara menuju perdamaian di Afghanistan. Tugas tersebut berat, namun mulia.

"Dengan niat yang ikhlas, pertemuan trilateral para ulama ini insya Allah akan menjadi kontribusi konkret bagi perdamaian di Afghanistan," ujarnya.

Menyongsong bulan suci Ramadan 2018 yang tinggal menghitung hari ini, Jokowi juga berharap memiliki manfaat untuk terciptanya perdamaian di Afghanistan. Karena, Ramadan melahirkan kesejukan dan perdamaian di alam semesta.

"Ramadan, bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh berkat dan bulan yang penuh ampunan. Bulan diturunkan kitab suci Alquran. Bulan di dalamnya ada satu malam di mana 'Salaamun hiya hatta mathla'il fajr(i) artinya malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. Pada malam itu, perdamaian meliputi semesta raya, semoga sejuknya Ramadan tercurah," ujar Jokowi.

Turut hadir dalam acara itu sejumlah ulama Indonesia dan dari luar negeri seperti Qurais Shihab, Imam Besar New York Shamsi Ali, cendekiawan muslim Azyumardi Azra, dan lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya