Logo ABC

Kerja di Pedalaman Ubah Persepsi Orang Indonesia soal Aborijin

Yutthika Addina dan Theodorus Bayu Pratama bersama manajernya di dapur toko komunitas di Papanya, Kawasan Utara Australia.
Yutthika Addina dan Theodorus Bayu Pratama bersama manajernya di dapur toko komunitas di Papanya, Kawasan Utara Australia.
Sumber :
  • abc

Bush telegraph adalah idiom di masyarakat aborijin untuk kebiasaan bergunjing.

Sejak saat itu, menurut Yutthika banyak warga yang sebelumnya bersikap dingin atau tidak peduli kepada mereka jadi bersikap hangat. Yutthika dan Bayu pun mulai diajarkan bahasa suku setempat.

"Nenek-nenek datang ke saya, dan bercerita. Meski saya tidak mengerti, saya mendengarkan saja."

"Pelan-pelan saya merasa karena sejarah yang mereka alami, mereka cenderung lebih nyaman dengan orang kulit berwarna seperti kami."

Suatu ketika, Bayu dan Yutthika mendatangi konser musik di Alice Springs dimana Sammy Butcher tampil.

"Ketika turun panggung ia langsung mendatangi kami, kami dikenalkan sebagai bagian dari komunitas mereka," kata Yutthika.

"Kedekatan dengan mereka sesuatu yang istimewa. Orang luar melihat kami sebagai bagian dari blackfella (orang aborijin)."

Berbicara keras adalah hal biasa

Yutthika mengakui menghadapi masyarakat aborijin memang cukup menantang.

Yutthika Addina bekerja Yutthika Addina bekerja melayani pembeli di toko komunitas Papunya.

"Keterbatasan bahasa Inggris dari saya dan mereka kadang menjadi hambatan. Tak jarang saya dibentak atau diomeli karena salah memahami mereka. Awalnya memang membuat saya sedih tapi lama kelamaan saya menyadari begitulah cara mereka berkomunikasi," kata Yutthika.

"Berteriak dan menegur ketika salah adalah hal yang biasa bagi mereka. Karena latar belakang saya orang Sumatra Barat, di keluarga biasa berbicara keras, rasanya seperti marah-marah padahal tidak."