Logo BBC

Siapa yang Diinginkan China untuk Menang Pilpres AS, Trump atau Biden?

Beberapa percaya bahwa China lebih menyukai kemenangan Joe Biden, sementara yang lain percaya terpilihnya kembali Donald Trump.-Getty Images
Beberapa percaya bahwa China lebih menyukai kemenangan Joe Biden, sementara yang lain percaya terpilihnya kembali Donald Trump.-Getty Images
Sumber :
  • bbc

"Karena dia begitu keras terhadap China?" Saya bertanya.

"Sedikit," jawabnya, "dan menurutku dia gila."

Para pemimpin China mungkin memiliki perasaan yang semakin kuat bahwa demokrasi AS tidak lagi relevan, tetapi jika mereka harus mengungkapkan pilihan, mungkinkah mereka juga senang melihat Donald Trump terlempar dari Gedung Putih?

Itu menjadi penilaian komunitas intelijen AS yang telah menyimpulkan bahwa ketidakpastian Trump, dan kritik kerasnya terhadap Beijing, berarti kepemimpinan Partai Komunis akan lebih suka jika dia kalah.

Tetapi Profesor Yan Xuetong, Dekan Institut Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua Beijing tidak setuju.

"Jika Anda bertanya kepada saya tentang di mana letak kepentingan China," katanya, "preferensi akan ke Trump daripada Biden".

"Bukan karena Trump akan melakukan lebih sedikit kerusakan pada kepentingan China daripada Biden, tetapi karena dia pasti akan lebih merusak [reputasi dan kepentingan] AS daripada Biden."

Ini adalah tanda seberapa jauh hal-hal telah memburuk dari gagasan tentang ikatan ekonomi yang lebih erat untuk keuntungan bersama.

Pengamat China yang terkemuka sekarang siap untuk menyatakan secara terbuka bahwa kemunduran AS, baik secara ekonomi maupun politik, adalah keuntungan bagi China.

Sementara beberapa pengamat berpendapat bahwa kepercayaan China pada akhir dominasi global AS sudah ada sebelum virus mewabah dan ketika Presiden Trump menang pilpres, yang berubah adalah kesiapan untuk mengutarakannya.

Dari perspektif ini, Donald Trump adalah pilihan yang lebih baik, bukan karena dukungannya terhadap cita-cita demokrasi, tetapi justru karena ia sering terlihat menolak atau meremehkan demokrasi.

Serangan Trump terhadap kebebasan pers, misalnya, tentu akan disambut dengan hangat oleh Beijing, yang menolak pengawasan independen dan berniat mengontrol internet.

Memang pemerintahan Trump semakin kritis terhadap catatan atas hak asasi manusia di China, namun sejatinya, motivasinya jauh lebih dangkal dan sempit, yaitu keuntungan perdagangan dan ekonomi.

Menurut mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, Trump pernah memberi tahu Xi Jinping bahwa Trump menyetujui tindakan keras Xi Jinping terhadap warga Muslim Uighur, meskipun Trump membantah klaim tersebut.