-
Akhir dari era Presiden Donald Trump telah menimbulkan rasa lega secara kolektif di Iran meskipun tetap waspada.
Sebagian kalangan di wilayah Teluk sempat khawatir jika di hari-hari terakhir masa jabatannya, Presiden Trump mungkin menggalakkan kebijakannya untuk memberikan "tekanan maksimum" kepada Iran dan melancarkan serangan militer terhadap pembangkit-pembangkit tenaga nuklir sipil dan sasaran-sasaran lain.
Laporan dari Washington pada November menunjukkan bahwa langkah itu menjadi pilihan yang pernah dipertimbangkan oleh presiden Amerika Serikat (AS), sebelum ditentang oleh para penasihatnya.
Sebaliknya, presiden baru Joe Biden menegaskan bahwa ia menginginkan AS untuk bergabung kembali dalam perundingan nuklir yang ditandatangani tahun 2015 dengan Iran.
Ini berarti AS harus mencabut sanksi-sanksi terhadap Iran dan mencairkan dana untuk negara itu sebagai imbalan dari kepatuhan total terhadap perjanjian.
Lalu apakah Iran sekarang aman dari serangan?
Israel mengatakan diperlukan "opsi militer untuk dibicarakan". Singkat kata, tidak. Israel tetap sangat khawatir, tidak saja karena aktivitas nuklir Iran untuk kepentingan sipil, tetapi juga karena program yang produktif untuk mengembangkan rudal balistiknya.
Pada Kamis (14/01), terkait dengan program nuklir Iran ini, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dilaporkan mengatakan, "Jelas bahwa Israel perlu membahas opsi militer. Ini memerlukan sumber daya serta investasi dan saya berusaha mewujudkannya."
Israel, yang dinyatakan sebagai musuh oleh Iran, menganggap bom nuklir di tangan Iran akan mengancam keberadaannya dan telah menyerukan kepada dunia untuk menghentikan langkah Iran sebelum terlambat.
Iran selalu menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk kepentingan sipil, tetapi tindakannya baru-baru ini untuk menggenjot penganiayaan uranium- salah satu dari serangkaian pengayaan uranium yang melanggar perjanjian tahun 2015 - menimbulkan kekhawatiran.
Pada tahun 1981, Israel mencurigai Presiden Irak Saddam Hussein berusaha mengembangkan kemampuannya untuk membuat senjata nuklir.
Dalam Operasi Babylon yang dilancarkan Israel, negara itu mengambil langkah pertama dengan meluncurkan serangan udara yang sukses. Serangan tersebut menggunakan jet tempur F15 dan F16, menghancurkan reaktor nuklir Osirak, Irak.
Dua puluh enam tahun kemudian, pada 2007, Israel melakukan langkah yang sama terhadap Suriah dalam operasi yang dinamai Operation Outside the Box. Serangan udara tersebut menghancurkan reaktor plutonium rahasia di gurun pasir dekat Deir al-Zour, tak lama sebelum diaktifkan.
Tidak tampak
Tetapi Iran adalah sasaran serangan yang lebih sulit, sehubungan dengan jarak, aksesibilitas dan pertahanan udara.
Masih menjadi pertanyaan apakah Israel bisa berhasil melancarkan serangan udara tanpa partisipasi Amerika Serikat. Pemerintahan Presiden Biden enggan terlibat.
Karena menyadari adanya ancaman yang sudah lama ada terhadap fasilitas-fasilitas nuklirnya, Iran telah menginvestasikan dana dan usaha untuk menyembunyikan fasilitas tersebut jauh di kedalaman, di bawah gunung.
Industri nuklir Iran, meskipun dikatakan untuk kepentingan sipil, terkait erat dengan infrastruktur keamanan dan militernya.
Kenyataannya, Iran telah lama menyiapkan diri menghadapi serangan sehingga kini ada kemungkinan jelas bahwa fasilitas bawah tanah semakin tidak tertembus.
Walaupun begitu, fasilitas nuklir Iran tetap rentan terhadap serangan dari tiga sisi.