Logo BBC

Dari Penerjemah Afghanistan Jadi Tunawisma AS: Mimpi Hidup Lebih Baik

Zia berhasil ke AS. BBC Indonesia
Zia berhasil ke AS. BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

"Ketika saya kembali, saya melihat pemerintahan yang stabil dimulai," kata Zia. "Saya bilang `oke, sekarang kita punya harapan`."

Dia menetap kembali di Afghanistan, menikah dan mulai mengajar bahasa Inggris di sekolah lokal.

Beberapa bulan setelah dia kembali, seorang teman memberi tahu dia bahwa orang Amerika membutuhkan penerjemah.

Mereka pergi keesokan harinya, katanya, muncul di pangkalan di Kabul menanyakan tentang lowongan pekerjaan.

"Mereka hanya mempekerjakan orang yang bisa berbahasa Inggris. Saya tidak tahu kata-kata militer, tapi mereka mengatakan kepada saya `tidak masalah.`"

Dia menyukai pekerjaan itu, katanya, terlepas dari tur berbulan-bulan jauh dari rumah dan ancaman saat melayani di garis depan.

Dia menolak permohonan dari istri dan keluarganya untuk pensiun, dengan mengatakan bahwa dia mengabdi kepada "saudara-saudaranya" dari angkatan bersenjata AS, yang memberinya julukan, "Booyah".

"Kami adalah mata dan lidah militer," kata Zia.

Bagi Zia, yang bekerja dengan pasukan elite Baret Hijau, ini berarti hampir selalu dekat dengan kekerasan dan kematian.

Pada April 2008, ia menemani pasukan AS dalam Pertempuran Lembah Shok. Beberapa menit setelah baku tembak enam jam, sahabatnya, seorang penerjemah lain, tewas.

Pertempuran itu menghasilkan jumlah penganugerahan medali Bintang Perak (Silver Star) terbanyak - penghargaan tertinggi kedua setelah medali keberanian (medal of honor) - sejak Perang Vietnam.

Zia Ghafoori shows his Purple Heart, awarded for injuries in the Shok Valley battle
Dustin Duong for the BBC
Zia dianugerahi penghargaan untuk luka yang dideritanya dalam pertempuran

Zia dianugerahi penghargaan medali Purple Heart untuk luka-luka yang dia derita selama pertempuran. Ketika dia tiba di AS, pecahan peluru sejak hari itu masih ada di tubuhnya, katanya.

Dia mengajukan visa AS tahun itu, di bawah program visa baru yang dibuat oleh Kongres pada 2008 - Visa Imigran Khusus (SIV) - yang dirancang khusus untuk warga Afghanistan dan Irak yang bekerja bersama pasukan Amerika di kedua konflik tersebut.

Visa untuk Zia membutuhkan waktu enam tahun untuk disetujui.

Sebagai soerang pria yang bersuara lembut dan ramah, dia menyebut proses itu "menjijikkan".

Penundaan itu sulit dimengerti, katanya.

"Saya tidak tahu mengapa begitu lama, kami sudah ada di database Amerika Serikat," katanya.

"Saya tidak tahu siapa yang bisa menjelaskan kepada Departemen Luar Negeri apa yang telah dilakukan orang-orang ini untuk kedua negara."