Logo BBC

Lukisan-lukisan Perang Menyayat Hati di Atas Kanvas

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Informasi tentang lukisan ini, seperti banyak hal lainnya, termasuk latar konteksnya, dan skala (lukisan ini berukuran dua kali tiga meter) kemungkinan besar akan hilang jika dilihat di media sosial seperti Facebook.

"Orang-orang menunjukkan gambar ini di seluruh internet, yang bahkan tidak mencantumkan bahwa itu karya Kent Monkman," kata MaryLou Driedger, penulis dan guru Winnipeg, yang bekerja sebagai pemandu wisata di Galeri Seni Winnipeg ketika lukisan itu dipamerkan sebagai bagian dari pameran Monkman lintas Kanada, `Shame and Prejudice: A Story of Resilience`.

Dia berujar kepada BBC Culture: "Jika Anda tidak tahu bahwa lukisan ini dibuat oleh seniman Cree (masyarakat asli Kanada) yang menghabiskan lima tahun pertama hidupnya untuk proyek reservasi, Anda bakal kehilangan banyak cerita.

"Itu penting untuk diketahui. Bahwa dia mendengarkan setiap kesaksian dari Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sebelum dia membuat lukisannya dan saya pikir untuk memamerkan gambar ini melalui internet, Anda tidak akan mendapatkan banyak konteksnya."

Tapi The Scream hanyalah salah satu contoh bagaimana, sepanjang sejarah, karya seni digunakan sebagai alat perubahan.

Dalam beberapa kasus, para seniman telah menjadikan diri mereka peserta aktif untuk melakukan aksi sosial dan perubahan, bahkan berharap untuk mendorong keputusan kebijakan.

Seniman mengharapkan dampak yang mendalam sehingga lukisan itu dapat meningkatkan kesadaran akan ketidakadilan.

Tapi bagaimana karya seni berfungsi untuk menginterogasi kekejaman atau tindakan perang?

Apa yang terjadi ketika sebuah lukisan beralih dari gambar ke konsep?

Dan ketika sang seniman meminta mereka yang menyaksikan agar tak semata menjadi penonton, tapi pembawa pesan, untuk membawa kemarahan mereka ke dunia yang lebih besar, bagaimana hubungan antara kedua pihak itu?

Hubungan yang lebih setara, atau setidaknya kolaboratif - mitra dalam advokasi - terlihat, hubungan yang mencerminkan kekuatan masyarakat ketika dikaitkan dengan seorang seniman.

"Sejak fotografi dilihat sebagai kenyataan, gambar-gambar berisi kekerasan membuat mereka yang menyaksikan merasa tak nyaman," tulis Cameron Deuel dalam `The Relationship Between Viewer and Fine Art`, sebuah makalah tahun 2013 untuk Western Washington University.

Seni dapat membantu dengan membuka jalan yang tidak dapat dilakukan oleh fotografi atau teks.

Seperti yang dikatakan Bracha L Ettinger, seorang seniman visual, filsuf, psikoanalis dan penulis, dalam sebuah diskusi pada 2016 di The New York Times:

"Seni bekerja menuju ruang etis, di mana kita diizinkan untuk menemukan jejak rasa sakit orang lain melalui bentuk-bentuk yang menginspirasi pikiran, perasaan, dan pengetahuan kita...