Logo BBC

Kisah 9 Perempuan yang Selamat dari Tahanan Nazi

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Ketika mereka menyadari bahwa pasukan Amerika di garis depan berada sisi lain dari sungai Mulde di Saxony, Jerman, wilayah itu adalah rintangan terakhir yang harus mereka lewati.

"Bagi saya yang paling pedih adalah berdiri di jembatan di Mulde dan melihat sungai," kata Gwen.

Gwen menemukan informasi tentang para perempuan dari arsip militer, dari beberapa catatan tertulis tentang pelarian mereka. dari pembuat film yang telah meneliti cerita Lon dan dengan berbicara dengan keluarga perempuan.

Dia telah menemukan bahwa menyeberangi sungai adalah salah satu momen paling mengerikan bagi para perempuan selama pelarian.

Setelah berhasil sampai ke seberang sungai, beberapa dari mereka cemas tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Jacky berjuang untuk bernapas, namun rekan-rekannya bertekad tidak meninggalkan satu orang pun. Saat itu sebuah Jeep meraung ke arah mereka dan dua tentara Amerika melompat keluar, menawarkan keselamatan dan sebatang rokok kepada mereka.

Selama penelitiannya, Gwen menemukan betapa sulitnya sembilan perempuan itu kembali ke kehidupan normal setelah perang.

"Mereka tampak kurus dan mengerikan, dan ada semacam rasa malu menjadi seorang perempuan yang pernah berada di kamp dan ada juga semacam rasa kesepian," kata Gwen.

"Mereka sangat dekat sebagai sebuah kelompok dan tiba-tiba mereka dibubarkan dengan orang-orang yang tidak dapat mereka ajak bicara, orang-orang yang tidak ingin mendengarnya.

"Jadi saya pikir itu pasti benar-benar mengisolasi secara psikologis. Saya pikir itu seperti PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), tapi situasi itu tidak dianggap ada karena mereka tidak dianggap tentara," ujar Gwen.

Teman seumur hidup

Sebagai perempuan muda, mereka sering diberitahu untuk merahasiakan cerita mereka, sehingga kepahlawanan mereka tidak diakui.

"Dari 1.038 Compagnons de la Liberation, kelompok yang dianggap Presiden Charles de Gaulle sebagai pemimpin Perlawanan, ada enam perempuan dan empat di antaranya sudah tewas," kata Gwen.

"Jadi itu menggelikan karena sebenarnya setengah anggota Perlawanan adalah perempuan," ujarnya.

Beberapa perempuan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan masa lalu itu dan melanjutkan kehidupan pasca perang. Namun Guigui dan Mena tetap berteman seumur hidup dan satu sama lain menjadi ibu baptis bagi anak-anak mereka.

"Para perempuan itu berkumpul lagi belakangan ini, tak lama setelah bibi saya menceritakan kisah itu. Mereka melakukan reuni," kata Gwen.