Kota Terpanas di Dunia "Bak Neraka", Suhu Capai 51 Derajat

Jacobabad, Pakistan menghadapi suhu panas ekstrem
Sumber :
  • News24Buzz.com

VIVA Dunia – Tinggal di Indonesia, yang mana berada di jalur khatulistiwa, membuat Indonesia menjadi negara dengan iklim tropis. Tentunya, masyarakat kita sudah terbiasa dengan suhu kira - kira 27 hingga 35 derajat celcius. Namun, terkadang bisa terasa lebih panas jika emisi dari kendaraan yang berlalu lalang sedang banyak keluar. 

Panas Ekstrem Melanda Thailand, 30 Orang Tewas

Nah, ada sebuah kota yang mendapat julukan "kota terpanas di dunia". Kota itu adalah kota Jacobabad di negara Pakistan. Bukan main - main, suhunya pernah mencapai 51 derajat celcius pada bulan Mei lalu. Meski masyarakatnya sudah "terbiasa" dengan panasnya, namun tak jarang hal ini membuat warga kewalahan. 

Dilansir dari Reuters, jumlah penduduk yang tinggal di Jacobabad adalah sebanyak 200.000 jiwa. Gelombang panas beberapa waktu lalu memang melanda Pakistan. Tahun ini untuk pertama kalinya, panas mulai menyengat sejak Maret, dari biasanya bulan Mei, dan akan terus berlangsung sampai Agustus. 

Ancaman Mengerikan dari Presiden Iran Jika Israel Lakukan Hal Ini

Jacobabad, Pakistan menghadapi suhu panas ekstrem

Photo :
  • News24Buzz.com

Akibat suhu panas ini, tak sedikit yang menjadi korban jiwa. Masih mengutip Reuters, jumlah kelahiran mati dan kelahiran prematur meningkat sebanyak 5 persen pada setiap kenaikan suhu sebesar 1 derajat celcius.

Sempat Tegang, Presiden Iran Baru Saja Tiba di Pakistan untuk Hal Ini

Menurut analisis, perempuan hamil yang terpapar panas untuk waktu yang lama beresiko lebih tinggi menderita komplikasi. Bahkan, seorang ibu muda bernama Nazia harus kehilangan nyawanya karena sengatan panas yang ekstrem. 

Sherry Rehman, Menteri Urusan Iklim Pakistan, mengatakan kepada Guardian bahwa negara mereka menghadapi "krisis eksistensial" karena keadaan darurat iklim yang dirasakan dari utara ke selatan di negara itu. Rehman memperingatkan bahwa gelombang panas menyebabkan gletser di utara negara itu mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan ribuan orang berisiko terperangkap dalam semburan banjir.

Dia juga mengatakan bahwa suhu yang ekstrem ini tidak hanya berdampak pada tanaman tetapi juga pasokan air. “Tempat penampungan air mengering. Saat ini bendungan besar kami sudah mati, dan sumber air langka,” jelasnya pada Guardian. Meski saat ini suhu sudah mulai agak turun, namun pemerintah tetap meminta warganya untuk selalu bersiap akan gelombang panas yang bisa tiba - tiba datang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya