PM Singapura Peringatkan Risiko Dari Ketegangan AS-China

Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal

VIVA Dunia – Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, memperingatkan adanya risiko dari ketegangan di Selat Taiwan, yang menurut dia tidak mungkin segera mereda di tengah kecurigaan yang mendalam dan kurangnya interaksi antara Amerika Serikat dan China.

Airlangga: Singapura-Malaysia Tidak Senang RI Punya Industri Semikonduktor

Dalam pidato yang disiarkan televisi menjelang Hari Nasional Singapura pada Selasa 9 Agustus 2022, Lee mengatakan Singapura akan diterpa persaingan dan ketegangan yang intens di kawasan itu.

"Di sekitar kita, badai sedang berkumpul. Hubungan AS-China memburuk, dengan masalah yang sulit dipecahkan, kecurigaan yang mendalam, dan kurangnya interaksi," kata Lee.

BYD Tak Akan Terjun ke Dunia Sepeda Motor

Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.

Photo :
  • Financial Times

"Ini tidak mungkin membaik dalam waktu dekat. Selain itu, salah perhitungan atau kecelakaan dapat dengan mudah memperburuk keadaan," ujar dia, memperingatkan.

Honda Vario 125 Versi Gambot Resmi Meluncur, Segini Harganya

Lee mengatakan tantangan ekonomi lebih mendesak dan bahwa masa depan Singapura "sangat mendung". Dia mengatakan pemerintah akan meluncurkan lebih banyak tindakan dalam beberapa bulan mendatang untuk membantu orang-orang mengatasi kenaikan harga.

Inflasi Singapura dalam beberapa bulan terakhir merupakan yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneter pada 14 Juli dalam sebuah langkah di luar siklus yang biasa (off-cycle) untuk mengatasi tekanan biaya.

Singapura sebelumnya telah mengumumkan paket dukungan untuk sebagian besar kelompok berpenghasilan rendah untuk membantu mengurangi peningkatan biaya hidup akibat inflasi dan kenaikan harga energi.

Pesawat militer China terbang di sekitar Taiwan.

Photo :
  • Xinhua via AP.

"Dunia tidak mungkin kembali dalam waktu dekat ke tingkat inflasi dan suku bunga rendah yang telah kita nikmati dalam beberapa dekade terakhir," kata Lee.

Dia kemudian menjelaskan bahwa negara berpenduduk 5,5 juta orang itu harus merencanakan jauh ke depan dan mengubah industri, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan produktivitas. (Ant/Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya