Taiwan Unjuk Kekuatan Lawan China, Pamer Senjata Canggih Miliknya
- AP Photo/Wally Santana
VIVA Dunia – Angkatan udara Taiwan memamerkan kemampuan anti-pesawatnya pada Kamis, 18 Agustus 2022, dengan mengatakan bahwa mereka siap beraksi 24 jam sehari di saat pulau itu menghadapi tekanan berkelanjutan dari latihan militer China.
China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, telah melakukan latihan di sekitar pulau itu setelah kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi bulan ini, yang diikuti oleh lima anggota parlemen AS pada pekan lalu.
Kunjungan Pelosi sukses membuat marah Beijing, yang akhirnya menanggapi dengan peluncuran uji coba rudal balistik di atas langit Taipei untuk pertama kalinya, dan mengirim kapal perang dan jet tempur ke dekat Taiwan.
Angkatan Laut Taiwan latihan menggunakan peluncur rudal SM-2 di permukaan air
- AP Photo/Wally Santana
Pamer persenjataan
Dalam perjalanan yang diorganisir pemerintah untuk media ke pangkalan udara utama pantai timur Taiwan di Hualien, angkatan udara memamerkan sistem anti-pesawatnya, termasuk rudal permukaan ke udara Sky Bow III yang dikembangkan di dalam negeri.
Selain itu, Taiwan memamerkan meriam anti-pesawat 35mm Oerlikon GDF-006 35mm, yang diperagakan oleh para perwira bagaimana cara memasangnya dan bagaimana senjata itu diarahkan ke pesawat-pesawat yang datang.
Awak pertahanan udara mengatakan ketegangan yang meningkat, termasuk latihan China baru-baru ini, tidak mengganggu mereka.
"Kami sama sekali tidak gugup saat itu, karena pelatihan reguler kami disiapkan untuk operasi rudal sepanjang hari, 24 jam," kata perwira pertahanan udara Chen Te-huan, dikutip dari The Straits Times, Jumat, 19 Agustus 2022.
"Ketika militer China bertindak, kami sudah siap."
Jet Mirage milik tentara Taiwan mendarat di Pangkalan Udara Hsinchu
- Wang Xinchao/Xinhua via AP
Meskipun angkatan udara Taiwan telah berada di garis depan untuk menanggapi latihan China, pemerintah Taiwan telah menekankan untuk tetap tenang dan juga tidak ada bentrokan yang terjadi.
Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa karena Republik Rakyat Tiongkok tidak pernah memerintah pulau itu, ia tidak memiliki hak untuk mengklaimnya atau memutuskan masa depannya, yang hanya dapat ditentukan oleh rakyat Taiwan.
