Sepupu Putra Mahkota Arab Saudi Ancam AS Dengan Seruan Jihad dan Syahid

Sepupu dari Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Saud al-Shaalan.
Sumber :
  • Twitter.

VIVA Dunia – Sepupu dari Putra Mahkota Arab SaudiMohammed bin Salman (MBS) telah mengeluarkan ancaman kekerasan terhadap Amerika Serikat (AS), di tengah hubungan yang memburuk atas keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak.

Tak Ciut dengan Gempuran AS, Houthi Mengganas Beri Perlawanan Sengit

Dalam sebuah pesan untuk AS, Saud al-Shaalan terlihat dalam video yang beredar di media sosial mengatakan, "siapa pun yang menantang keberadaan kerajaan ini, kita semua adalah proyek jihad dan syahid".

Melansir dari Middle East Eye, Selasa, 18 Oktober 2022, sang pangeran terdengar mengeluarkan peringatannya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Saud al-Shaalan adalah pemimpin suku dan cucu Raja Abdulaziz, pendiri Arab Saudi, menurut advokat hak asasi manusia Saudi Abdullah Alaoudh.

Daftar Deretan Kampus Besar di Amerika Serikat yang Demo Dukung Palestina

Ladang minyak/Ilustrasi.

Photo :
  • CNBC

Pernyataannya itu datang ketika hubungan antara AS dan Arab Saudi telah mencapai titik rendah. Kenaikan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, mendorong Washington telah melobi anggota kartel minyak OPEC+, khususnya Arab Saudi, untuk meningkatkan produksi.

Arab Saudi Kemungkinan Ikut Ajang Miss Universe, Kandidat Lagi Diseleksi Ketat

Alaoudh, yang termasuk dalam kelompok Demokrasi di Dunia Arab Sekarang yang dibentuk oleh Khashoggi, mengatakan di Twitter bahwa video Saud al-Shaalan menunjukkan Mohammed bin Salman mengancam AS dengan jihad dan kemartiran.

Namun, pelobi Saudi Ali Shihabi mengatakan sang pangeran adalah bangsawan kecil tanpa peran resmi. "Ini adalah individu pribadi yang membuat pernyataan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan negara," cuitnya.

AS menuduh Arab Saudi membantu Rusia

Presiden AS, Joe Biden, melakukan perjalanan ke kerajaan pada bulan Juli, meskipun sebelumnya berjanji untuk mengubah Arab Saudi menjadi negara paria setelah pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018, dan pemerintahannya memberi tahu media bahwa mereka yakin Saudi akan meningkatkan produksi minyak.

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Joe Biden

Photo :
  • politico.eu

Yang terjadi justru sebaliknya, Arab Saudi dan OPEC+ pada pekan lalu membuat keputusan untuk memangkas produksi minyak sebesar dua juta barel per hari, yang dapat menaikkan harga secara global. Washington telah bereaksi dengan marah, menuduh Arab Saudi membantu Rusia untuk meringankan tekanan sanksi yang dijatuhkan padanya atas perang Ukraina.

Gedung Putih mengatakan pada Rabu, 12 Oktober 2022, bahwa mereka ingin bekerja dengan Kongres untuk menilai kembali hubungan Washington dengan Riyadh. Anggota parlemen AS juga telah menawarkan sejumlah langkah, termasuk menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi dan membuka OPEC untuk litigasi di AS.

"Dalam beberapa pekan terakhir, Saudi menyampaikan kepada kami secara pribadi dan publik niat mereka untuk mengurangi produksi minyak, yang mereka tahu akan meningkatkan pendapatan Rusia, dan menumpulkan efektivitas sanksi," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, Kamis, 13 Oktober 2022.

Dia menambahkan bahwa anggota OPEC lainnya mengatakan kepada AS secara pribadi bahwa mereka tidak setuju dengan keputusan Riyadh, tetapi merasa dipaksa untuk mendukung arahan Saudi. Pernyataan Kirby muncul setelah siaran pers Saudi yang menantang, dan menyatakan penolakan total terhadap curahhan kecaman dari AS, dan menuduh pemerintahan Biden meminta Saudi untuk menunda pengurangan produksi sampai setelah pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya